Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat

Menunggu Detik-detik Awal Perbaikan dan Perubahan Sepak Bola Nasional

Diperbarui: 26 Juli 2019   23:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: CNN Indonesia

Beberapa saat menjelang KLB 27 Juli 2019, berdasarkan rangking FIFA terbaru, penggawa Garuda tetap di tempatnya.
Siapa yang menyebut dan memberikan janji bahwa pertandingan Timnas Indonesia saat meladeni Timnas Vanuatu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada 15 Juni 2019 yang lalu masih dihitung point oleh FIFA? Siapa ya?

Jelas saat itu ada yang memberikan statement dan memberitakan bahwa laga tersebut masih dalam koridor FIFA A Matchday.

Atas statement akal-akalan tersebut, sekarang dapat dibuktikan faktanya. Ternyata, hasil Timnas Indonesia membantai Timnas Vanuatu justru tak berpengaruh apa-apa pada ranking Timnas Indonesia.

Berdasarkan rilis ranking FIFA terbaru per 25 Juli 2019, Timnas Indonesia tidak berubah dari posisi lamanya, yaitu peringkat 160. Posisi ini masih sama, di bawah timnas Malaysia yang ada di peringkat ke-159.

Biang keladinya adalah Timnas Indonesia menelan kekalahan telak 1-4 dari Yordania dalam laga uji coba di Stadion King Abdullah, Amman, Selasa (11/6) malam WIB.

Terkait dengan ranking terbaru FIFA ini, bisa jadi apalah artinya bagi PSSI, toh undian Kualifiaksi Piala Dunia 2022 sudah terjadi juga.

Atas kondisi ini, sejatinya publik sepak bola nasional juga bertanya-tanya bila PSSI selama ini kurang konsen dan peduli pada laga-laga yang mendapat point dari FIFA, namun lebih peduli pada apa yang lebih menguntungkan bagi dirinya (baca: pengurus).

Karenanya, KLB yang bergulir tinggal beberapa saat lagi, benarkah diarahkan untuk menuju detik-detik perubahan sepak bola nasional mengarah kepada prestasi secara makro?

Maksud makro di sini, cerdas dan bersih pengurus organisasinya, jelas Grand Design Programnya (jangka pendek-menengah-panjang). Tergarap semua bidang, dan memerhatikan kepentingan publik/suporter sebagai pendukung utama sepak bola nasional.

Sayangnya, PSSI dan organisasinya hingga kapanpun, karena sesuai statuta FIFA, maka hanya akan menjadi milik PSSI dan voter. Tidak akan pernah menjadi milik publik/suporter.

PSSI dan voterlah yang akan menentukan nasib sepak bola nasional ke mana pun arahnya, karena merekalah pemiliknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline