Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat

Lebaran, Momentum Mengembalikan Fungsi dan Kedudukan Grup Whatsapp

Diperbarui: 6 Juni 2019   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas Tekno

Sejak hadirnya Whatsapp lebih sering diucap dengan singkatan Wa, rasanya jarak komunikasi antar keluarga, teman, kerabat, rekan bisnis, rekan alumni, dan lain sebagainya semakin terasa tidak berjarak.

Wa adalah aplikasi yang sepertinya menjadi wajib bagi siapapun pengguna smartphone.

Peran Wa sangat membantu siapapun penggunanya dalam berinterksi dan berkomunikasi, di masanya. Sebab, suatu saat, peran Wa bisa saja akan segera tergeser oleh peran aplikasi lain, terlebih sejak dunia memasuki Revolusi Industri 4.0.

Sejak hadirnya Wa, sudah terdengar pula  kisah-kisah manis dan pahit dari para penggunanya, khususnya bagi pengguna Wa yang tergabung dalam sebuah grup.

Dunia per-grup-an dalam perjalanannya, kini telah mencatat kisah, ada yang tetap merasakan kenyamanan, tetap menyenangkan, namun sebaliknya sudah banyak yang merasa bosan, tidak tertarik lagi, hingga merasa basi, garing, dan lain sebaginya.

Pada akhirnya, kisah anggota grup Wa left (keluar) juga sudah menjadi budaya.

Selain itu, beberapa hal juga menjadi alasan mengapa grup Wa menjadi tidak menyenangkan, padahal sebelum anggota di masukkan ke dalam sebuah grup Wa, tentu sudah ada pendahuluan, semisal ada kesepakatan membuat grup, lalu siapa adminnya, apa latar belakang, tujuan, dan sasaran serta fungsi kegunaan dibuatnya grup.

Meski sudah ada pendahuluan, dan akhirnya lahir grup atas dasar latar belakang, tujuan, dan sasaran serta kegunaan yang sama, namun dalam perjalannnya. grup Wa menjadi sangat menjemukan bila grup akan melakukan sebuah kegiatan, namun respon anggota grup tidak baik.

Ada.grup Wa yang sudah berubah fungsi menjadi tempat bercengkerama teman yang sama-sama loyal tanpa peduli kepada anggota grup lain, seolah grup jadi milik mereka.

Ada grup Wa yang hanya berisi copy paste atau informasi yang hanya meneruskan. Dan lain sebainya.

Pertanyaannya, kira-kira apa yang sedang terjadi pada anggota hingga hanya melakukan tindakan yang membuat anggota grup lain tidak nyaman atau hanya ada yang gemar  mengintip tanpa merespon atau berkomentar? Kejadian tersebut, bila dipikir secara logika, sangat tidak etis dan tidak santun, sebab bila kita berkomunikasi langsung saja, lawan bicara merespon dengan bahasa tubuh yang tidak menyenangkan saja kita sudah bisa tersinggung. Belum lagi bila tidak ada respon kata atau bahkan diam seribu bahasa meski tahu kita sedang berbicara dengan dia atau mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline