Di tengah persiapan laga Timnas dalam babak kualifikasi Piala Asia U-23 di Vietnam, bukan PSSI namanya kalau tidak membuat berita hebat dan publik sepakbola nasional gerah.
Bagaimana tidak, belum habis persoalan Gusti Randa yang ditunjuk sebagai Komisaris PT Liga Indonesia Baru (LIB), hari ini PSSI meluncurkan berita hangat menyangkut Gusti Randa kembali.
Sebelum beralih profesi, Gusti Randa memang aktor layar kaca dan layar lebar, jadi bila Gusti menerima peran yang berbeda-beda dalam judul sinetron atau film, sah-sah saja, karena memang itu adalah profesinya.
Namun, Gusti yang awalnya memang aktor dan pengacara kini benar-benar menjadi bintang organisasi sepak bola Indonesia. Terbaru, Gusti Randa ditunjuk sebagai Plt (pelaksana tugas) Ketua Umum PSSI. Siapa yang menunjuk?
Komite Eksekutif (Exco) PSSI-lah yang menunjuk Gusti sesuai hasil rapat pada Selasa (19/3/2019). Sebab, Joko Driyono yang menjadi Plt Ketua Umum PSSI menggantikan Edy Rahmayadi, beberapa waktu lalu ditetapkan sebagai tersangka atas kasus pengrusakan alat bukti yang terkait pengaturan skor. Kemudian sejumlah pihak meminta agar Joko Driyono mundur, akhirnya hal itu mendapat respons Exco PSSI.
Bila Exco akhirnya menunjuk Gusti Randa, yang menjadi pertanyaan publik adalah, sebenarnya kemampuan Exco-Exco yang lain bagaimana? Apa selama ini para Exco sekadar duduk manis, ikut rapat namun tak memiliki kompetensi kepemimpinan? Sehingga Gusti yang sesama menjabat Exco, telah dihadiahi durian runtuh dengan menjabat Komisaris PT LIB, kini bertambah menjadi Plt Ketua Umum PSSI.
Apa para Exco lupa atau tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu dengan sepak terjang Gusti Randa yang memiliki rapor merah saat menjabat sebagai Ketua Asprov PSSI DKI?
Menjabat dan memimpin sepakbola tingkat provinsi saja gagal. Ini kok main-main dijadikan Plt. Sementara jabatan Plt Ketua Umum PSSI sekarang bukan jabatan main-main. Karena PSSI harus menyiapkan KLB dan agenda-agenda lainnya.
Rapor merah Gusti Randa
Sekadar mengingat rapor merah Gusti Randa. Saat Periode Kepengurusan Asprov PSSI DKI 2013-2017 yang dipimpin Gusti Randa, profil dan wajah Asprov PSSI DKI Jakarta justru sangat lemah. Kompetisi sebagai jantung pembinaan tidak tertata dan tereksekusi dengan baik. Kompetisi antara ada dan tiada.
Bahkan tahun 2016, Asprov PSSI DKI tidak menyertakan wakilnya di putaran nasional kompetisi Piala Soeratin U17 karena lalai/tidak menyelenggarakan kompetisi di ajang tersebut di level provinsi DKI Jakarta.
Lebih ironis, pada kondisi ini hak klub-klub internal yang menjadi anggota dari Asprov PSSI DKI menjadi terabaikan. Kesempatan dan hak berkompetisi bagi pesepakbola usia muda DKI Jakarta pada tahun 2016 itu pun menjadi sirna karena ketidakcakapan pengurus Asprov PSSI DKI Jakarta.