Di luar dugaan, dua tim favorit Grup B Piala AFF 2019 harus tertahan di laga perdana. Indonesia beruntung tidak kalah dan memaksa Myanmar bermain imbang 1-1 Sementara nasib apes menimpa Malaysia yang dicukur tuan rumah Kamboja 1-0.
Dari hasil ini, maka sementara Kamboja menjadi pemuncak klasemen, disusul Indonesia dan Myanmar. Sementara Malaysia harus sabar nangkring sebagai juru kunci.
Kira-kira apa yang menjadi sebab hingga Indonesia dan Malaysia yang difavoritkan lolos dari Grup B tertahan? Apakah karena lapangan sintetis? Atau memang lawannya yang kini sudah berkembang pesat? Atau karena Indonesia dan Malaysia sama-sama meremehkan lawan?
Bila sebabnya karena kondisi lapangan, rasanya tidak dapat dijadikan jawaban. Namun, dilihat dari jalannya laga dan sejarah sepak bola Asia Tenggara, maka jelas terlihat bahwa baik pemain Indonesia dan Malaysia terlalu percaya diri berlebihan.
Sehingga baru kaget ketika lawan-lawan ternyata bukan hanya mampu mengimbangi permainan, bahkan Indonesia hampir kalah bila tidak ada gol balasan dari hasil bola mati.
Bahkan, dalam laga terlihat jelas, lapangan tengah Indonesia kalah saing dari tim Myanmar. Lebih dari itu, Myanmar juga bermain lebih cerdas dan lebih cepat dibanding tim asuhan Indra Syafri.
Bisa jadi anak-anak muda ini berpikir akan mudah mengalahkan Myanmar karena dengan pemain yang hampir sama seperti yang terjadi di kompetisi U-18 tahun 2017, pasukan Indra dapat melumat Myanmar 7-1.
Tengok apa kata pelatih lawan usai laga. Pelatih Myanmar, Velizar Popov, menyebut timnas Indonesia sedikit arogan setelah kedua tim bermain imbang 1-1, pada laga pembuka Grup B Piala AFF U-22 2019 di Stadion Olimpyc, Phnom Penh, Kamboja. Karenanya Indonesia dibuat kesulitan oleh Myanmar hingga dibuat tertinggal 1-0. Beruntung Indonesia punya Rachmat Irianto, yang bisa menyamakan kedudukan setelah memaksimalkan kemelut setelah sepak pojok.
Mengapa Popov menyimpulkan pemain Indonesia arogan? Sesuai KBBI, makna arogan adalah sombong/congkak/angkuh.
Popov menambahkan "Di atas kertas, Indonesia dan Malaysia favorit, mereka tim terbaik di atas kertas. Tapi dalam pengalaman saya di sepak bola, tim terbaik bisa selesai setelah hasil laga pertama," ungkap Popov, selepas pertandingan.
"Di lapangan sebelas melawan sebelas, semua pemain punya dua kaki, bukan tiga, maka untuk saya tidak ada tim favorit di lapangan. Jika seseorang meremehkan kami maka mereka akan kesulitan. Indonesia sedikit arogan."