Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat

Bila Suporter Sepak Bola Berpolitik

Diperbarui: 6 Januari 2019   04:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suporter timnas Indonesia memberi dukungan saat pertandingan laga final Piala AFF Suzuki Cup 2016 leg pertama melawan Thailand di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (14/12/2016). Indonesia menang 2-1 atas Thailand dan akan bertanding di final Piala AFF Suzuki Cup 2016 leg kedua di Stadion Rajamangala, Thailand, Sabtu (17/12/2016) mendatang. || (KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO)

Selama ini publik sepakbola nasional menyebut bahwa olahraga sepakbola itu seksi. Sehingga, organisasi bernama Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), yang memiliki kepanjangan tangan di seluruh Provinsi Indonesia bernama Asosiasi Privinsi (Asprov) dan di tingkat Kabupaten/Kota bernama Asosiaasi Kabupaten/Kota (Askab/Askot) kerap dianggap sebagai kendaraan politik bagi para calon/pejabat yang mengurusnya.

Demi mendapat banyak mendapat suara pendukung, maka jalur menjadi pengurus sepakbola dianggap pas, sebagai jalan meraih sukses di ranah politik.

Namun, faktanya, hingga kini, para pengurus organisasi sepakbola yang terjun ke dunia politik memang secara alami tak berterima di ranah publik. Sebab, publik pecinta sepakbola nasional memang menghendaki bahwa sepakbola nasional jangan dikaitkan dengan politik. Walaupun sejarah berdirinya PSSI berlatar belakang politik.

Sepakbola adalah olahraga. Sportivitas. Memang ada intrik dan taktik, tapi bukan untuk sarana dan wadah berpolitik. Bila selama ini para pengurus yang menjabat di PSSI pusat maupun daerah mengiringinya dengan langkah politik, maka sudah barang tentu akan ditinggalkan publik.

Sayang, ketika publik wanti-wanti agar sepakbola jauh dari dunia politik, terutama untuk para pengurusnya, kini di media sosial telah terpublikasi bahwa ada kelompok suporter sepakbola, yang bahkan secara struktural mendukung pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden untuk Pemilu 2019.

Kalau suporter sudah ikut berpolitik, bagaimana sportivitas di sepakbola ke depannya? Sementara, tanpa aroma politik saja, suporter sudah terbiasa rusuh, saling bermusuhan, tawuran, hingga sudah memakan ratusan korban sesama manusia Indonesia yang secara kebetulan menjadi pembela kesebelasan masing-masing daerahnya.

Sumber : elixir.com

Sikap Edy
Atas fakta adanya kelompok suporter yang kini mencoba berpolitik, Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadipun bersikap. Menurut Edy, sah-sah saja bila suporter memberikan dukungan kepada salah satu pasangan. Namun, pria berusia 57 tahun ini menegaskan PSSI dalam hal ini bersih dari campur tangan politik.

Edy menambahkan."Ya silakan saja. Tapi saya yakin PSSI ini bukan urusan politik ya," kata mantan Pangkostrad TNI ini.
"Yakinkan PSSI masih banyak yang kita harapkan untuk jadi juara dulu. Apa itu Pilpres, Pileg, PSSI ini adalah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia," imbuh Edy.

Kendati seluruh publik sepakbola Indonesia dan bahkan seluruh rakyat Indonesia mengetahui bahwa Edy justru menjadi inspirasi bagi para suporter yang sekarang juga turut serta terjun ke politik, sebab meski tetap menjabat Ketua Umum PSSI, kini juga menjabat sebagai Gubernur melalui jalur politik juga. Bila Bapaknya sepakbola memberi contoh berpolitik, maka anak-anaknya (baca:suporterpun) ikut-ikutan berpolitik.

Foto: foxsportasia.com

Atas sikap Edy tersebut, apakah akan ada kelompok suporter yang turut mengikuti jejak perpolitikan seperti kelompok suporter yang sudah menyatakan dukungan kepada salah satu paslon? Tambah runyam sepakbola Indonesia. 

Buntut dari Pilkada DKI saja, setelah dua tahun, hingga kini suasananya terus memanas. Bahkan dalam satu keluarga dan saudara saling bermusuhan, terlebih antar sesama warga yang berbeda dukungan. Media sosial tetap menjadi primadona dalam rangka saling lempar perseteruan tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline