Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat

Andai Saja U-23 Dilatih Indra Sjafri

Diperbarui: 6 Mei 2018   09:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Sebelum Anniversary Cup 2018, rasa pesimis menghinggapi hampir di seluruh pikiran publik sepakbola nasional. 

Banyak yang bertanya, mampukan timnas U-23 minimal mengimbangi lawan-lawan yang jelas secara fakta dan sejarah kualitasnya jauh di atas timnas.

Terlebih, publik masih belum percaya atas sentuham Milla yang acap kali menurunkan 11 pemain utama tidak sesuai dengan hati publik nasional.

Setiap kali menonton laga timnas besutan Milla, begitu membaca 11 pemain awal yang diturunkan, selalu saja terdengar keluhan baik di warung kopi, rumah-rumah, tempat nonton bsrsama, hingga penonton langsung di Stadion yang kecewa karena pemain pilihan publik ternyata tidak masuk line up.

Anak-anak kecil saja tahu mana pemain yang tidak layak di timnas dan pemain mana yang layak di timnas.

Bahkan banyak publik yang berseloroh, mengapa Milla tidak berbesar hati saja, comot pemain yang sudah didik Indra Sjafri. Toh pemain timnas U-23 sekarang berkerangka utama pemain yang dibina Indra dari hasil blusukan.

Andai U-23 dipegang Indra, mungkin Evan Dimas dan kawan-kawan akan lebih menggila. Dan tidak yakin timnas akan mencetak banyak gol, karena sang pecetak gol tidak bertumpu pada striker. Tengok saat mereka masih berjersy U-19. Apakah selalu striker yang bikin gol?

Apa yang telah dikerjakan Milla? Memang rasa pesimis publik kini berganti menjadi ada sebersit optimis bahwa U-23 pada Asian Games mendatang memiliki kans mengukir prestasi. 

Tapi bila Milla tetap tidak memiliki keberanian untuk berimprovisasi dan hanya berkepala batu memainkan pemain yang sesuai pilihan hatinya dan memainkan pemain saklek di posisinya, maka mustahil U-23 dapat rengkuh prestasi.

Sudah tim hanya meneruskan kerangka pemain dari Indra, namun malah sering tidak memainkan penain yang dapat menjadi jenderal dan otak serangan di lapangan. Sudah begitu juga tetap kukuh tidak memanggil pemain yang diyakini akan dapat berkontribusi bagi timnas.

Yang bikin geregetan dara cara Milla mengolah pemain dalam tim, bila dalam kompetisi atau turnamen sudah tidak dapat menambah atau mengganti pemain, maka bila ada sektor yang tidak jalan dan mandul, mengapa Milla tidak terpikir memainkan pemain yang bukan pada posisinya namun dapat diandalkan menjadi penentu kemenangan dan mencetak gol. Mengapa tidak? Semisal pemain belakang atau tengah yang punya naluri cetak gol. Geser saja dia ke sektor depan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline