Lihat ke Halaman Asli

Suparno Jumar

Warga negara kecil, berkarya kecil semoga bermanfaat bagi kehidupan

Katulampa Kekeringan

Diperbarui: 14 Mei 2018   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah Relawan membersihkan sampah didasar Bendung Katulampa yang mengering

KATULAMPA. 12 Mei 2019. Keprihatinan kami di Bogor adalah sama. Tapi, keprihatinan ini kami wujudkan dengan komitmen bersama. Walaupun yang terlibat belum banyak. Tapi paling tidak, inilah yang dapat kami persembahkan pada kota yang kami tinggali dan demi planet bumi yang semakin membaik. Gerakan kami seolah seperti menggarami air laut. Ya. Bagaimana tidak. Kami bergerak paling lama 2-3 jam. Itupun hanya satu kali dalam seminggu. Sementara, setiap detik sampah terus masuk ke Ciliwung. Kami tidak akan berdebat. Ini salah siapa. Kami tidak banyak orasi, ini tanggung jawab siapa. Kami ingin, semua tersadar sesadar-sadarnya bahwa semua harus bergerak. 

Katulampa yang selalu menjadi headlines berita pada musim hujan, kini sunyi. Sepi. Dasar bendung nyaris kering kerontang. Air yang mengalir sangat sedikit. Batuan pemecah arus dan batu kali nampak jelas terlihat. Aneka jenis sampah jelas terlihat. Ban bekas, plastik, kain bekas, styrofoam, ranting, bambu seolah memanggil. Hai... aku disini!  Dua batang kayu cukup besar dipotong oleh Andi Sudirman menggunakan chainshaw.

Mesin meraung memotong kayu ditengah suara gemuruh air dipintu Katulampa yang makin terdengar lirih.  Sampah itu datang dari hulu Ciliwung. Hari ini, yang terlibat dalam aksi sekitar 30 orang. Mereka datang dengan sukarela. Tanpa dibayar. Bahkan, mereka mengeluarkan uang pribadi untuk sampai lokasi dan kembali lagi.

Satu batang kayu siap dipotong oleh Andi Sudirman

Setelah briefing dan do'a bersama oleh Haji Andi Sudirman (Penjaga Pos Pantau katulampa), relawan bergerak mengumpulkan sampah pada beberapa titik. Setelah terkumpul, sampah-sampah itu kemudian dibakar. Kami sadar, ini adalah salah. Tapi ini adalah pilihan terbaik kedua. Pilihan pertama adalah sampah itu dimasukan dalam karung plastik, kemudian dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (landfill) Galuga, Bogor. Namun, karena jumlah relawan terbatas, sementara sampah didasar sungai sangat banyak, kami bersepakat sampah kemudian dibakar. Ada sekitar 10 titik kumpul sampah. Semuanya dibakar. Dasar bendung Katulampa dipenuhi asap pembakaran sampah. Rasanya pengap menyesakan dada dan panas menyengat kulit.

Sampah dibakar

Sekitar dua jam kami beraksi, lokasi cukup bersih, walaupun tidak seluruhnya bersih benar. Paling tidak, sampah sudah berkurang. Kemudian, semua relawan kembali ke Pos untuk istirahat sekaligus Cucurag (makan siang bersama sebelum memasuki bulan Ramadhan). 

Setelah makan siang (Cucurag) kami bersama beberapa relawan  ziarah kubur almarhum Hapsoro (Pendiri Bogor Ciliwung Community - Laskar Karung). Hapsoro meninggal tahun 2012 setelah berjuang membersihkan sungai bersama beberapa relawan selama sekitar 3 tahun. Di sini, kami berdoa dan mengenang jejak almarhum berjuang untuk Ciliwung. Kami teruskan jejak perjuanganmu, Hapsoro. Semoga engkau dalam lindung-Nya.

Beberapa relawan ziarah ke makam almarhum Hapsoro




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline