Aku terbangun sekitar jam 3 pagi udara Jakarta masih terasa dingin. Aku tatap seluruh sisi ruangan kamar kontrakkanku yang cukup sederhana. Di depanku ada bayangan lelaki memakai baju putih. Laki-laki itu nampak tersenyum padaku. Aku kucek mataku, tiba-tiba lelaki itu menghilang dari pandangan mataku. Aku mencium bau harum minyak kasturi. Entah dari mana bau harum minyak kasturi itu muncul.
Di sampingku? Aku pandangi bidadariku yang masih tertidur lelap. Aku tatap wajahnya dengan seksama, bidadariku sangat cantik. Aku peluk bidadariku kemudian aku cium keningnya. Aku betulkan posisi tidur tubuhnya yang mulai gembul dan pipinya gemuk. Istriku, Herawati Rumingkang kini telah mengandung anaku, usia kandungan 8 bulan. Sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah. Istriku juga sangat berbahagia meskipun kami tinggal di kontrakkan kecil.
Aku coba bangunkan istriku untuk bersama shalat tahajjud. Aku bisikkan kata cinta di telinga istriku agar dia segara bangun. Tiga kali bisikkan cinta, istriku mulai terbangun. Matanya terbuka senyumnya mengembang. Wajah cantiknya kini seutuhnya menjadi milikku.
“Kak..makasih dah bangunin adek”
“Iya dek sama-sama. Ini dah kewajiban Kakak”
“Hera mencintai Kak Amin”
“Kak Amin juga mencintai Hera”
Aku bangunkan tubuh Istriku dengan pelan-pelan. Di usia kehamilannya yang ke delapan, untuk berdiri saja istriku sangat susah. Untuk sekedar bangun dari tempat tidur terasa berat. Kata dokter, kelak kami akan melahirkan anak kembar. Menurut keterangan dokter di USG, kelak anak kembar kami laki-laki dan perempuan. Mendengar keterangan dari dokter semakin membuat istriku bahagia. Sungguh hebat perjuangan seorang wanita. Dia layak mendapatkan surga. Sangat hina jika ada seorang laki-laki berbuat zalim pada seorang wanita. Seperti biasanya, aku melaksanakan shalat tahajjud bersama istriku. Kali ini istriku shalat sambil duduk karena usia kandungan sudah delapan bulan membutnya susah berdiri.
Setelah selesai shalat tahajjud, ada sms masuk dari Anton. Dia mejabat sebagai ketua kaderisasi KAMMI di kampus Universitas Indonesia, tempatku kuliah. Selain menjabat sebagai ketua kaderisasi, Anton juga merangkap Koordinator lapangan jika ada aksi demonstrasi. Aku baca sms dari Anton:
“Asalamualaikum. Bang Amin selesai subuh merapat ke Kampus. Suasana sangat genting. Di Makasar sudah ada dua mahasiswa gugur.”
Hatiku sangat trenyuh membaca sms dari Anton. Ternyata sampai saat ini sudah dua mahasiswa gugur. Pemerintah dan aparat kepolisian tetap bungkam atas kejadian ini. Pemerintah yang baru tetap nekad menaikkan harga BBM. Rakyat menjerit kelaparan di santero negeri, pemerintah tidak peduli. Aliansi BEM dan KAMMI seluruh Indonsia sudah menentang keputusan kenaikkan harga BBM. Hanya suara mahasiswa yang masih terus bergerak sampai saat ini.