Selesai bersilaturahmi di rumah salah satu sahabat di kecamatan Lendah Kulon Progo. Aku pulang ke rumah di Kabupaten Bantul dengan melewati jalur yang berbeda, Yaitu melewati jalur Lendah-Mangir melalui jalur tengah yang dirasa lebih dekat. Waktu berangkat, Kulewati jalur selatan dengan menempuh jalur Bantul Kulon Progo melalui jembatan Srandakan. Wajar, jalur propinsi aspalnya halus dan sedikit memutar. Nah, Ketika pulang kucoba jalur yang lain, iseng iseng bernostalgia.
Melewati jalur ini, berbeda dengan jalur ketika berangkat. Jalur Lendah - Mangir (Bantul) harus menyeberangi Sungai Progo yang memisahkan ke dua Kabupaten di Propinsi DIY. Alat transportasi yang dipergunakan dengan menggunakan Gethek yaitu Kayu dan bambu yang dirangkai menjadi satu diperkirakan mampu menopang sekitar sepuluh motor dan sepeda onthel.
Hanya dengan Rp. 2000,- kita bisa menikmati suasana transportasi pedesaan yang nyaman dan asyik untuk bernostalgia. Calon Penumpang berjejer di tepian menunggu gethek sampai di ruas sungai sebelah barat. Setelah diperkirakan sudah penuh, mulailah sang 'sopir' dan 'kernet' menjalankan gethek dengan bantuan bambu yang mamanjang untuk bergerak. Selain itu juga dibantu dengan tali memanjang dari barat ke timur sebagai tambahan tenaga dan agar laju gethek lurus tidak terbawa arus sungai Progo yang cukup deras.
Gethek masih menjadi alternatif penghubung jalan antara Kec Lendah dengan Kecamatan Pajangan Bantul karena jarak tempuh lebih dekat.
Pemandangan di kawasan ini juga masih terbilang bagus untuk pemotretan dan memancing. Karena kemajuan teknologi dan kebutuhan masyarakat akan transportasi, bukan hal mustahil lambat laun keberadaan gethek ini akan tergerus jaman dan menghilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H