Lihat ke Halaman Asli

Pundak untukmu Bersandar

Diperbarui: 30 Oktober 2015   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Cinta adalah pembuat luka paling sakit,namun cinta pula yang nanti mampu membuat luka sesakit apapun menjadi terobati.

Aku mengenalmu sangat rinci bahkan semua sudut bahagia dan sedihmu yang sama sekali belum kamu ceritakan aku bisa merasakannya dari tatapan,senyuman,raut muka,ucapan,bahkan jika sedihmu bersembunyi dibalik tawamu aku mengetahuinya tanpa perlu bersusah payah mengintograsimu.Kamu mengesek-gesekan kedua telapak tanganmu,berharap ada hangat yang tercipta dari gesekan itu agar dinginnya malam musnah dari sisimu.Ingin sekali aku mengenggam kedua telapak tanganmu,memberikan kehangatan agar kamu tidak perlu mencari lagi hangat selain genggamanku,namun telapak tanganku tidak mungkin bisa memeluk telapak tanganmu.Aku lebih memilih melepaskan sweaterku dan membentangkannya di kedua telapak tanganmu.

“Bagaimana pacarmu?” tanyaku membuka percakapan.

“Dia masih pacarku,meski terkadang caranya memperlakukanku bukan seperti seorang pacar dan mungkin aku terlalu sering menangis oleh tingkahnya,tapi dia masih tetap pacarku”

“Kamu terlihat bodoh jika masih mempertahankan hubungan kalian”

“Aku mencintainya”

Setelah itu mulutku tidak berani mengeluarkan kembali pernyataan,seakan kalimat ~Aku mencintainya~ dari mulutmu mampu memutuskan kelanjutan kalimatku .Aku hanya menghembuskan napas panjang berunsur kecewa,jalanan malioboro semakin ramai dengan aktifitas,riuh suara manusia bercampur aduk dengan beraneka aroma makanan pedagang kaki lima yang semakin jelas terasa.

Kita yang sedang duduk di kursi besi panjang menghadap gedung agung kepresidenan saling melakukan adegan diam.Beberapa orang yang membawa gitar menghampiri kita,mereka bernyanyi dengan gembira,aku tidak tau persis lagu apa yang mereka nyanyikan.Kemudian, kamu bertepuk tangan dengan lembut dan perlahan mengoyangkan kepalamu kekiri kekanan mengikuti irama sambil bernyanyi mengiringi pengamen tersebut .Sesekali kamu menoleh ke arahku.Kamu terlihat sedang menciptakan sendiri bahagia.

Setelah selesai,kamu menatapaku dan tatapan kita saling bertemu menyapa.Kamu melipatkan bibirmu kedalam,matamu memancarkan kekosongan lalu bola matamu menunduk kearah bawah.Aku coba melambaikan tangan di depan wajahmu coba membuyarkan lamunan yang bermukim diwajahmu.Menyeruak air mata tipis dari sudut mata teduhmu.Sungguh,mata teduh itu tidak pantas memproduksi air mata.

“Apakah salah jika seorang perempuan menuntut sebuah perhatian dari lelakinya”ujarmu dengan suara terbata-bata menahan isak,”Wajarkan, bukan sesuatu yang berlebihan ataupun kekanak-kanakan?”

Terlihat sekali kamu sangat menunggu jawabanku agar menjadi pembenaran pernyataanmu.Matamu sayu, mata bulat coklat itu terlihat sangat kosong menatap kearahku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline