Lihat ke Halaman Asli

Suparjono

Penggiat Human Capital dan Stakeholder Relation

Perilaku dalam Menjaga Respon Informasi

Diperbarui: 24 Juli 2024   07:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lagi, banyak beredarnya video yang memperlihatkan tindakan kurang terpuji dari sebagian masyarakat, baik kelas bawah, menengah maupun kelas atas membuat kita perlu hati-hati dalam berinteraksi antar sesama. Tindakan kurang terpuji bisa kapan saja beredar tanpa sensor dan begitu nyata. 

Tak perlu menunggu wartawan untuk bisa membagi berita dan informasi yang diperoleh, karena dukungan media informasi sangat mudah diakses. Oleh sebab itu, baik sengaja maupun tidak sengaja kita perlu menjaga perilaku kita masing-masing saat berinteraksi. Hal tersebut sebagai upaya menghindari respon yang beragam dari para pembaca, pemirsa atau pendengar terkait tindakan kurang terpuji tersebut.

Selain itu, tindakan yang kurang terpuji tersebut bisa memberikan peringatan bahwa kita perlu introspeksi diri agar tidak melakukan atau terjebak tindakan kurang terpuji serta perlu menjaga norma yang berlaku dilingkungan saat berinteraksi. Tindakkan kurang terpuji tersebut kerap menjadi pemicu bagi tindakkan berikutnya. 

Dalam skala kecil tindakan kurang terpuji bisa memberikan efek jera bagi pelakunya, yang berujung pada permohonan maaf. Namun dalam skala besar, mampu menimbulkan efek yang menimbulkan kerusuhan sosial dimasyarakat. Banyak varian tindakan yang menjadi pemicunya mulai dari kekerasan verbal, fisik sampai kepada perusakan asset. 

Bentuknya pun berbagai macam seperti meludah ditempat yang tidak sesuai, berkata-kata kasar, membuang sampah bukan pada tempatnya, mengancam dengan mengatasnamakan pejabat hingga kekerasan yang berakhir luka dan kematian.

Fenomena tersebut perlu menjadi pelajaran bagi kita semua. Tak peduli posisi, jabatan dan status sosial yang menjadi atribut setiap individu. Tindakkan setiap individu kurang terpuji yang dilakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja sedikit mungkin mesti kita hindari. 

Karena kondisi tersebut tidak bisa kita prediksi sampai kemana implikasi yang ditimbulkan, bisa hanya berdampak secara pribadi atau bisa berdampak kepada perubahan sosial sampaikan kepada regulasi. Tentu hal tersebut disebabkan karena berkembangan teknologi informasi yang begitu massif. 

Semua orang bisa melakukan akses informasi baik dalam bentuk video, narasi maupun suara melalui media dan platform yang tersedia. Sehingga tak perlu menjadi wartawan dengan identitas anggota, karena setiap individu selama mempunyai gawai maka bisa memberikan apa yang dilihat dan didengar.      

Netizen yang maha benar (dengan m kecil), istilah ini beberapa tahun ini sangat familiar ditengah berjubelnya arus informasi yang beredar. Sebuah otoritas yang dilekatkan pada masyarakat atas respon dari setiap fenomena sosial. Dampak dari revolusi industrial 4.0 yang mampu menghadirkan fitur yang sangat variatif bagi kebutuhan dan keinginan manusianya. Dunia seolah-olah mengalami ketelanjangan yang sangat massif dan akut. 

Rahasia menjadi nomenklatur yang paradoks karena rahasia bersanding dengan kata umum. Hal tersebut sebagai konsekuensi dari terbukanya akses informasi yang secara tidak sadar dibuka oleh setiap individu. Semua Kanal atau aplikasi yang tersedia selalu menawarkan bahkan ada yang mengharuskan untuk memasukan data pribadi jika akan bergabung. 

Dengan demikian semua data pribadi menjadi hak milik dari pemilik aplikasi atau fitur yang tersedia. Bahkan bagi pejabat publik menjadi keharusan untuk membuka data pribadi sesuai dengan tingkatannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline