Lihat ke Halaman Asli

Suparjono

Penggiat Human Capital dan Stakeholder Relation

Mencari Sandaran Hati

Diperbarui: 1 Februari 2022   04:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Memandang foto wajah bapak yang nampak tersenyum
Seolah menggambarkan aura penuh warna
Hari ini atau kemarin penuh dengan catatan dalam diktum
Seperti sedang bercerita tentang harapan yang takkan sirna

Menyandar sadar pada akar yang dikelilingi pagar
Adalah kesadaran akan pakar di dunia nalar
Tak seperti akal yang mengepal tapal
Biarkan hati menerabas batas yang berliku lagi terjal

Akupun meratap mantap dan menatap penuh harap
Karena ruang akal menangkal paham yang nakal
Sedang rasa menemukan bahagia tanpa ratap
Lalu kenapa masih kau bersandar pada hal yang fatal

Sejenak akupun melihat gambar yang menampar sadar
Hamparan padi yang menebar terasa hambar
Karena esok mungkin hanya cerita pendek yang pudar
Mungkin sawah itu menjelma menjadi rumah mewah tertutup cadar

Keluasan menjadi kesempitan yang meradang setiap dinding
Pohon - pohon memohon agar tak lagi menjadi beton
Apa daya hasrat dan rasa tak mampu dibendung berbanding
Mereka keluar dengan keliaran monoton seperti siap ditonton

Gambaran fatamorgana seolah menjadi sandaran
Padahal batas pandang selalu memberi pelajaran
Menapaki jalan logika hanya akan membuka luka dan nyeri
Basuhlah dengan kalbu agar masa lalu selalu jadi jalu hari ini atau nanti




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline