Lihat ke Halaman Asli

Supadilah

Guru di Indonesia

Sampai Kapan Menasehati Anak Yang Tak Mau Mendengar Kata Orang Tua?

Diperbarui: 2 Agustus 2024   18:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak bahagia saat bermain (sumber gambar: Canva Pendidikan)

"Sudah dibilang berkali-kali tapi belum ngerti juga. Dimarahin juga sudah sering."

Ada orang tua yang mengeluh kalau anaknya susah diarahkan. Diingatkan agar belajar tapi lebih sering main game. Dalam beribadah juga sering telat. Berangkat ke sekolah pun malas-malasan.

"Jadi ingat waktu kecil. Dulu saya juga begitu. Malasnya minta ampun." Ujar orang tua lainnya.

Begitulah percakapan kedua orang tua yang anaknya saat itu di jenjang SMP. Sekilas merupakan keluhan yang sama, dirasakan orang tua pada umumnya. 

Bagian mana yang harus diupayakan? Langkah apa yang perlu dilakukan?

Kesadaran perlu ditanamkan dengan baik. Orang tua memberitahu kepada anaknya tentang yang harus dilakukannya. Jika tentang kedisiplinan, maka orang tua membicarakan tentang kedisiplinan ini bersama anaknya.

Butuh berapa kali ngomong? 

Berkali-kali. Sebab anak-anak bisa lupa dalam waktu sebentar. Mungkin otaknya belum berkembang dengan sempurna sehingga belum bisa berpikir dengan mendalam. Maka perlu pemberitahuan berulang-ulang. Maka perlu peringatan berkali-kali. 

Orang tua perlu berkaca dari pengalamannya. Ketika dulu masih kecil bukankah orang tua perlu diingatkan berkali-kali? Bukankah juga merepotkan orang tuanya di rumah? 

Kenakalan dan kebanggaan merupakan siklus yang banyak dilewati oleh seseorang untuk mencapai dewasa atau orang tua. Kalau saat ini anak kita nakal maka itu pula yang akan mengantarkan sampai dewasa. Karena itu nikmati saja. Bersabar hingga sampai waktunya tiba. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline