Memperbaiki Masalah Pendidikan Dari Rumah
Judul : Rumahku, Tempat Belajarku
Penulis : Irawati Istadi
Penerbit : Pro-U Media
Terbit : 2017
Tebal: 268 halaman
ISBN: 978-602-7820-71-5
Sekolah tidak menjamin seseorang menjadi baik. Berbagai tragedi telah terjadi di institusi intelektual itu. Padahal harapan setiap orang, sekolah menjadi tempat yang menyenangkan dan membenarkan (karakter). Namun seringkali kita ditunjukkan pada hal yang sebaliknya.
Seperti yang terjadi pada dua tragedi memilukan yang terjadi. Pertama, penganiayaan yang dilakukan oleh AA, seorang siswa SMP PGRI Wringinanom terhadap Nur Kalim yang merupakan gurunya sendiri. Kedua, pengeroyokan seorang petugas cleaning service di SMP Negeri 2 Takalar, yang dilakukan oleh siswa sekolah itu. Bahkan, petugas CS itu sempat dimaki dan dikata-katai binatang oleh para siswa. Selain itu, orang tua siswa turut andil sehingga tragedi tersebut terjadi.
Lalu, apa yang salah dengan pendidikan kita? Siapa yang salah dengan kondisi ini? Tidaklah bijaksana mencari-cari kesalahan dan kuning hitam atas tragedi ini. Sebab semua bertanggung jawab.
Semua pihak musti memberikan kontribusi solusi atas tragedi ini. Cari jalan keluarnya. Jika tidak menghilangkan seluruh permasalahan itu, minimal menguranginya.
Salah satunya lewat pendidikan keluarga.
Dengan memaksimalkan pendidikan dalam keluarga.
Peranan pendidikan keluarga inilah yang menjadi penekanan buku ini. Penulisnya merupakan orang yang sudah malang melintang di dunia parenting.
Penulis menegaskan bahwa rumah dapat menjadi basis membangun peradaban sekaligus menumbuhkan dan membentuk karakter anak yang pada akhirnya berimplikasi pada membaiknya kondisi pendidikan kita.
Penulis mengingatkan, bahwa patut diwaspadai adalah ketika orang tua terlalu sibuk, atau terlalu tidak peduli dan membiarkan rumah berjalan apa adanya. Termasuk membiarkan informasi-informasi negatif membanjiri rumah dan masuk ke mata serta telinga anak, membiarkan waktu-waktu kosong berlalu tanpa aktivitas berharga dan bermakna sehingga anak pun beralih asik dengan gadget-nya.
Masih banyak orang tua yang merasa tenang dan menganggap selesai tugasnya adalah mendidik anak ketika berhasil memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan di sekolah favorit dan mahal (hal.4).