Lihat ke Halaman Asli

Supadilah

Guru di Indonesia

Cinta Suci Tak Akan Ingkar Janji

Diperbarui: 14 Februari 2019   20:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Pribadi

Ujian Kesabaran Cinta

Setiap orang diuji dengan ujian yang berbeda. Ada konsekuensi pada setiap pilihan hidup kita. Terlahir dari keluarga berkekurangan, ditambah memiliki potensi kecerdasan, Zahrana bertekad mengangkat harkat kedua orang tuanya. Dia harus jadi orang yang pintar agar tidak dilecehkan, seperti ayahnya yang seorang pekerja bersih-bersih, sering direndahkan dan diperlukan sewenang-wenang.

Zahrana pun berhasil membuat sejumlah prestasi. Lulus S1 di Fakultas Teknik UGMdan S2 di ITB, mendapatkan tawaran beasiswa S2 ke Belanda, hingga mendapatkan penghargaan bergengsi dari Tsinghua University, Cina.

Namun mengapa semu itu tidak membahagiakan kedua orang tuanya? Bahkan kepergiannya menerima penghargaan itu tidak diantar oleh orang tuanya. Ayahnya pun tidak menonton TV saat penganugerahan, padahal pejabat daerah, teman dosen, mahasiswa dan tetangganya antusias menonton. Ada apakah?

Tidak lain sikap orang tuanya adalah sebentuk protes atas sikap Zahrana yang dipandang mementingkan perasaan, terus menerus mengejar ilmu, namun melupakan kapan dia akan berkeluarga. Padahal dia sudah berkepala tiga. Zahrana, bagi ayah dan ibumu saat ini tidak memerlukan lagi penghargaan-penghargaan ilmiah itu. Yang mereka inginkan darimu adalah kamu segera berumah tangga, lalu memberi meeka cucu. (Hal 24).

Di Cina, Zahrana mendapatkan sambutan dan pelayanan yang terbaik. Sejumlah fasilitas kalangan atas didapatkan. Hal ini dibalas dengan penampilan yang memukau pada sambutannya dalam penganugerahan itu. Dunia memandangnya. Dunia kagum padanya. Namun telpon dari Lina, justru membuatnya ingin segera kembali ke tanah air. Sepulangnya dari Cina, Zahrana segera menemui orang tuanya.

Di usia 'darurat' pada 34 tahun itulah baru kemudian Zahrana sadar. Sekali ini dia harus mengalah untuk memenuhi harapan kedua orang tuanya. Namun sejak saat itu kemudian ujian cinta datang menerpanya berkali-kali. Disukai oleh dekannya sendiri, bahkan nekat melamar langsung ke rumahnya. 

Ada hal yang membuatnya tidak bisa menerima lamaran sang dekan meskipun secara kedudukan memiliki pangkat, jabatan, sudah naik haji, berpendidikan, dan bahkan akan mengumrohkan kedua orang tuanya.

Berat untuk menolaknya. Namun Zahrana tidak mau gelap mata. Rasa was-was karena usianya yang telah kelewat bukan lantas menerima siapa saja yang hendak meminangnya.  

Tawaran sang dekan ditolaknya meskipun dari pihak keluarga dekan sudah ramai-ramai datang ke rumahnya. Ayah dan ibunya pun bingung  serta heran dengan kemauan dan prinsip Zahrana. Namun sang dekan tidak terima dengan penolakan itu. Sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan, Zahrana mengundurkan diri dari kampus, kemudian mengajar di pesantren.

Setelahnya, berkali-kali Zahrana menerima 'ujian' datangnya tawaran lamaran oleh seorang satpam dan tukang bengkel. Bukan masalah profesi dan kesejahteraan yang membuatnya menolak namun kepribadian dan akhlak mereka yang membuatnya tidak segera mengiyakan tawaran. Tidak sampai disana, ujian kembali datang, Zahrana ditawari untuk jadi isteri kedua oleh dosen temannya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline