Lihat ke Halaman Asli

Supadilah

Guru di Indonesia

Santun pada Ibu

Diperbarui: 22 Desember 2017   12:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.youngesteight.com

Sebuah hikmah dari seorang Muhammad bin Sirin. Seorang tabi'in (orang yang hidup sesudah masa para sahabat Rasulullah). Beliau terkenal sebagai ahli ilmu. Juga sebagai orator ulung. Mempunyai suara menggema , keras, dan berwibawa. Biasa memotivasi kaum muslimin untuk beribadah dengan suara yang memukau. Beliau terkenal dengan kata, kalimat dan ucapan yang indah. Namun semuanya itu berbeda ketika beliau menghadap ibunya. Sebagian sahabatnya berkata, "Seakan-akan beliau selalu kehabisan kata-kata saat berhadapan dengan ibunya". Beliau hanya membisu, tunduk, takzim dan tidak punya kehebatan apa-apa. Hal itu karena beliau sangat berhati-hati dan benar-benar diatur nada bicaranya ketika berkata pada sang bunda.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah lebih dari seorang oratur ulung sehingga berani berkata tidak sopan pada ibu kita? Apakah kita sudah jadi orang hebat sehingga berkata seperti mengajari ibu kita? Sesungguhnya kita lancang jika berani berkata yang tidak sopan kepada ibu.

Ada hal yang menarik pada kegiatan pramuka kewirausahaan Pramuka Wirakarya di Kwarda Banten bulan Oktober kemarin. Salah satu peraturannya adalah diharuskan membawa tas ransel atau bawaannya kemana pun pergi. Baik itu ke mushola, kegiatan di lapangan, hingga ke kamar mandi. Jika peserta kemah bawa dua tas, keduanya pula tas itu harus dibawa. Hikmahnya adalah supaya peserta bisa merasakan bagaimana ketika ibu mereka mengandung mereka. Hampir semua peserta merasakan berat, lelah, dan capek menggendong tas seperti itu. Awalnya memang agar ringan. Namun lama kelamaan terasa berat. Dan hampir semua mereka mengeluh, juga terharu. Mereka menyadari, betapa berat perjuangan ibu mereka. Di perkemaah itu, hanya tiga hari mereka menanggung beban itu. Tentu dapat dibayangkan betapa beratnya penderitaan ibu yang menanggung beban selama kurang lebih sembilan bulan sepuluh hari.

Bakti Sang Penghuni Langit

Kisah berbakti kepada seorang ibu ditunjukkan oleh seorang Uwais AL Qarni. Dia sangat berbakti dan mencintai ibunya. Tidak pernah membantahnya atau meninggalkannya tanpa izin. Ibunya yang sudah berusia lanjut menyatakan keinginannya untuk berhaji. Hal ini membuatnya risau. Selain tidak memiliki biaya yang cukup, jarak Yaman ke Mekkah cukup jauh. Mereka tidak punya unta untuk kendaraannya. Namun Uwais tidak ingin mengecewakan ibunya. Dicarinyalah cara. Akhirnya Uwais membeli seekor anak lembu. Dibuatnya kandang diatas bukit. Setiap hari, Uwasi menggendong naik turun bukit. Karena ulahnya, Uwais dikatakan gila. Kurang kerjaan. Namun aktivitas itu tetap dilakukannya. Hingga berbulan-bulan kemudian. Anak lembu semakin besar dan semakin berat. Namun otot-otot Uwais semakin terlatih, semakin kuat. Hingga berat lembu itu telah mencapai 100 kilogram. Tibalah musim haji, orang-orang kemudian paham dengan apa yang dilakukan Uwais. Dia sedang berlatih untuk menggendong ibunya. Yah, dia mengantarkan ibunya haji dengan digendong dari Yaman hingga Mekkah. Perjalanan yang sangat jauh dilakukan dengan berjalan kaki ditambah menggendong ibunya pula. Sesampainya di Mekkah saat berhaji, Uwais berdoa, "Ya Allah, ampunilah semua dosa ibuku". Sang ibu bertanya, "Engkau tidak berdoa untukmu sendiri?". "Saat ibu sudah terampuni oleh Allah, cukuplah bagiku ibu. Ridha ibu akan membuatku diridhai Allah". Sang ibu tersenyum dan kemudian mendoakan Uwais.

Rasulullah SAW mengatakan kepada Umar bin Khattan dan Ali bin Abi Thalib, "Di zaman kalian akann lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kalian berdua, pergilah cari dia. Dia akan dating dari arah Yaman. Suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istiqhfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi"

Jalan menuju surga itu mudah dan sederhana. Bisa dengan memijit ibu, menyenangkan hatinya, berkata lembuh, dan mematuhinya. Sesungguhnya merugilah orang yang punya kedua orang tua namun tidak mendapatkan tiket surga.

"Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan 'ah' dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik" (Al-Israa' : 23).

Sekarang ini tidak sedikit anak yang berlaku durhaka kepada orang tua. Merasa sudah pintar dengan ilmu yang dimiliki. Berani menyuruh-nyuruh orang tua untuk memenuhi permintaannya. Atau berani membantah apa yang disuruh orang tua. Di Indonesia tidak sedikit kasus anak yang melawan kepada orang tua. Bahkan, beberapa kali kasus perseteruan anak dan orang tua berujung di pengadilan. Ada anak yang menggugat ibu kandungnya 1,8 M. Adalah Handoyo Adianto dan isterinya Yani Suryani yang menggugat Siti Rokayah yang kemudian menjadi viral dan perhatian nasional.

Sebuah kedurhakaan akibat kesombongan intelektual. Padahal kasih ibu tidak terkira. Dan tidak tergantikan dengan apapun. Tidak juga dengan harta benda yang dimiliki sang anak. Semuanya itu tidak bisa membalas pengorbanan yang dilakukan ibu.

Santun Kepada Ibu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline