Lihat ke Halaman Asli

Koneksi antar Materi Modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya

Diperbarui: 3 Mei 2023   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya dan bagaimana mengimplementasikannya.

Ekosistem merupakan sebuah tempat terjadinya interaksi atau hubungan antar komponen makhluk hidup beserta pendukugnya yang saling berkaitan dan berketergantungan yakni komponen biotik yaitu unsur yang hidup dan komponen abiotik, yaitu unsur yang tidak hidup pada lingkungan tertentu.

Apabila diumpamakan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua dan Masyarakat sekitar sekolah. Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan serta Sarana dan prasarana.

Berdasarkan sumberdaya yang ada di sekolah dan dua komponen penting dalam ekosistem sekolah, maka sebagai pemimpin pembelajaran harus bisa memetakan 7 aset / potensi atau modal utama sebuah sekolah dan tugas sebagai pemimpin adalah bagaimana mengelola ketujuh aset sekolah atau sumber daya tersebut untuk kepentingan dan kemajuan sekolah. 7 aset / potensi atau sumber daya sekolah tersebut antara lain:

1. Modal Manusia 2. Modal Fisik 3. Modal Sosial 4. Modal Finansial 5. Modal Politik 6. Modal Lingkungan/ Alam 7. Modal Agama dan budaya

Sedangkan pendekatan berfikir dalam pengelolaan aset terdiri atas 2 jenis, yakni:

1. Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.

2. Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking)adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran di sekolah, maka harus bisa menerapkan pemikiran yang berbasis aset atau asset based thinking.

Mengapa berfikir berbasis aset?

Berfikir berbasis aset menjadikan suasana nyaman dan menyenangkan sehingga dari suasana tersebut akan muncul pikiran atau panndangan positif untuk merubah pola pikir yang semula memandang pada kekurangan dan kelemahan mejadi memandang kekuatan atau kelebihan atau aset / potensi yang dimiliki sebagai fokus utama..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline