Sebagai makhluk sosial kita tidak terlepas dari sebuah komunikasi yang menjadikan kita untuk bisa berinteraksi secara langsung dari orang satu dengan orang yang lain. Dalam situasi ini kita perlu memahami sebuah konteks atau maksud dari lawan tutur sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dan pesan atau tujuan dapat tersampaikan. Sehingga di dalam berkomunikasi pada kehidupan sehari-hari kita selalu melibatkan dengan yang namanya pragmatik.
Pragmatik sendiri adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji penggunaan bahasa yang keluar dari kaidah struktural namun mengedepankan konteks penggunaannya. Hal itu bisa berkaitan dengan kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya yang berpengaruh terhadap penggunaan bahasa itu sendiri. Dengan begitu, pragmatik sangat lumrah bila kita temui dalam praktik-praktik komunikasi sehari-hari atau percakapan dari si penutur dan lawan tutur.
Salah satu kajian pragmatik atau dalam komunikasi sehari-hari yang sering kita temui adalah tentang implikatur. Dapat kita pahami dalam setiap percakapan selalu hadir sebuah maksud percakapan dari si lawan tutur atau yang kita ajak berbicara. Implikatur percakapan adalah maksud yang terkandung di dalam suatu ujaran, namun tidak dinyatakan secara langsung oleh si penutur (tersirat). Pada kondisi inilah implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin diinginkan oleh si penutur berbeda dengan apa yang sebenarnya yang dikatakan oleh penutur itu sendiri.
Sebagai contoh dari percakapan di sebuah sekolah adalah
Bu, saya mau minta izin mau buang air besar di belakang.
Dari percakapan tersebut siswa memakai frasa buang air besar, secara denotatif buang air besar mengandung makna bahwa orang tersebut akan membuang air dalam jumlah yang besar atau banyak. Namun, dari segi pragmatik dari kata buang air besar memiliki makna buang hajat atau berak. Sehingga penggunaan frasa buang air besar terdengar lebih halus dibanding buang hajat atau berak. Dalam penggunaan kata yang lain juga terlihat dari kata belakang. Arti kata belakang berarti ia ingin buang air di belakang namun tidak terspesifikan ia ingin buang air di belakang mana, sehingga orang yang tidak mengetahui maksud dan konteks dari percakapan ini akan menimbulkan kesalahpahaman dari sebuah pesan yang ingin disampaikan. Namun, dari segi pragmatik arti kata belakang memiliki makna toilet. Sehingga penggunaan kata belakang terdengar lebih halus dibandingkan penggunaan kata toilet yang kurang sopan jika kita berinteraksi dengan orang yang lebih tua.
Dengan demikian, pragmatik lebih menekankan fungsi berbahasa untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Penutur juga harus memperhatikan situasi dengan memilih penggunaan bahasa yang tepat sehingga maksud dari sebuah tuturan dapat tersampaikan kepada lawan tutur.
Penulis:
Sunu Setiawan Utama
Mahasiswa FKIP UNS
Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.
Dosen PBSI FKIP UNS, Pegiat Literasi Arfuzh Ratulisa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H