Lihat ke Halaman Asli

Cakrawala di Ujung Senja

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1328209361423501353

Ketika itu senja berarak lembut, dingin dan diam Lihat diujung langit terurai semburat cahaya rindu Nur itu bergumul dipelukan cumolunimbus di tepi tenggara Aneh Bukan ? Coba engkau lihat di Riak air yang bergulung lembut dibawah Ribuan titik hujaman hujan bertumbuh linear Melingkar menjentik buritan Kapal yang berlari mengejar waktu. Lihat ! dibarat Nur Rindu Itu Masih belum tercacah Habis padahal bintang-bintang yang indahnya seperti cahaya Mata MU itu muncul dengan rona malu-malu :) Aneh Bukan ? Angin begitu tenang...nun diutara bergentar gemuruh petir dan badai Menghela setiap keresahan hati manusia mungkin juga hati kita Cakrawala, begitu luasnya... Barat,Tenggara, Utara, Timur dan Selatan berputar dimensi yang berbeda Ada cahaya senja, ada rintik hujan, ada gemuruh badai, ada opera bintang Semua berdialektika dalam satu iota waktu yang sama...di senja yang dingin di Cakrawala. Sadarlah, semua dilukiskan tepat diwajah kita yang bersembab embun diatas menara ini. Hati, berbanding Cakrawala.... Ada Ruang bagi setiap "Ada dan keadaan" , Cinta, Bahagia,rindu, Kecewa,Derita, kebencian, amarah, dendam dan keputusasaan. Dan Lihatlah aku, dirimu mengalaminya diatas menara...menara hati. Saat senja berlarut menjadi malam dan engkau berputar diatas tangga jiwa Menara hati ini runtuh ... Beringsut direruntuhan cahaya yang tenggelam dilembutnya air danau Semakin gelap...semakin berat... Akhirnya disemburat Nur Rindu Yang terakhir itu Bibir ini Bergetar " Maafkan Aku".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline