Dari zaman ke zaman selalu membawa suatu perubahan didalam kehidupan kita semua “zaman gelap gulita ke zaman yang terang benderang”. Zaman yang semakin menyajikan pemandangan-pemandangan yang tidak lagi sesuai dengan ketentuan dan ajaran yang telah ditetapkan oleh Allah swt. dan rasulullah saw. zaman yang semakin berputar arah jauh dari jalan-jalan lurus yang disediakan Allah swt. sangatlah indah, tetapi suatu keindahan itu sudah tidak tidak lagi diinginkan dan dipahami lagi sebagai suatu keindahan. Kita lebih memilih keindahan-keindahan itu, dengan jalan dan cara kita sendiri “Surga Duniawi” yang semuanya hanya keindahan dan kesenangan yang sementara atau sesaat saja “kamuflase”. Meskipun kesemua itu menyenangkan dan memuaskan hasrat dan keinginan-keinginan kita, tetapi sesungguhnya semua itu suatu yang nyata, jelas, dan dapat menyesatkan dan menjerumuskan kita semua kedalam sebuah kubangan dosa besar.
Jika jalan yang telah kita ambil atau lalui itu sudah berbelok arah dan tak mengenal lagi jalan yang sedemikian indahnya, jalan yang lurus, jalan yang dapat menyelamatkan kita. Maka tak lain jalan-jalan yang berbelok itu adalah suatu hal yang biasa bagi kita, kita tak merasakan lagi bahwa jalan yang berbelok dan penuh kegelapan itu sebagai sesuatu yang janggal dan keluar dari koridor-koridor atau kaidah-kaidah hukum Allah dan Rasulullah yang seharusnya kita jaga. Sesungguhnya Allah swt. telah menyiapkan dan menyediakan jalan-jalan itu, tetapi hanya sedikit atau sebagian dari kita yang mengetahuinya, dan lebih sedikit lagi dari kita yang mau berusaha memahami serta mencari tahu serta mengamalkan ajarannya.
Sesungguhnya Allah Swt. telah menyediakan jalan-jalan itu, tetapi hanya sedikit dari kita yang mengetahuinya, dan lebih sedikit lagi dari kita yang berusaha memahami serta mencari tahu serta mengamalkan ajarannya. Tanpa kita sadari, kita sering sekali dari sebagian kalangan wanita-wanita yang jauh dari ajaran Allah dan Rasul-Nya, menyajikan, mempertontonkan keindahan-keindahan lekuk-lekuk tubuhnya, dengan gaya bicara yang penuh dengan sensasi, yang dapat dengan mudah kita jumpai dimana-mana terutama di mall-mall.
Dengan bangganya mereka bercanda-tawa dengan memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh mereka, tanpa ada rasa malu dan menyadari apa akibatnya dari perbuatan tersebut, yang seharusnya kita tidak mempertontonkannya disembarang tempat yang dapat dilihat oleh beribu-ribu pasang mata. Seseorang yang sudah tidak punya rasa malu dengan sengaja mempertontonkannya, maka hilanglah sebagian Imannya karena sesungguhnya rasa malu itu sebagian dari Iman. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda “Iman itu mempunyai tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih. Yang terutama ialah kalimat Laa Ilaaha Illaallah, dan sekurang-kurangnya ialah menyingkirkan gangguan dari tengah jalan, dan rasa malu adalah salah satu cabang iman”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Sesungguhnya sangat jelaslah dari isi atau makna dari hadits di atas, bahwasanya jika diantara kita sudah tidak punya rasa malu lagi, baik itu rasa malu kita terhadap Allah Swt, terhadap Rasulullah, ataupun sesama kaum mukminin dan mukminat yang lainnya, serta kita melupakan, meninggalkan ajaran-ajaran Allah dan rasulnya dan kita menganggap hal-hal yang buruk itu menjadi suatu hal yang biasa-biasa saja atau sudah lumrah untuk dilakukan dan mereka menganggap bahwa hal-hal yang baik atau sesuatu yang baik dan benar itu menjadi suatu hal yang sangat aneh.
by suniati karim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H