Lihat ke Halaman Asli

masunardi

TERVERIFIKASI

Dosen

Hari Gini Pembalut Wanita 100% Kapas? Ngimpi Kali Yee

Diperbarui: 8 Juli 2015   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 Ilustrasi: Shutterstock

 

Seolah sudah menjadi hal yang biasa, data ilmiah yang tak lengkap kemudian menjadi berita panas di media massa. Asal ngomong yang penting terkenal. Apalagi mumpung orang Indonesia musim latah dan nge-share sampah. Setelah beberapa waktu yang lalu ada klaim nata de coco mengandung urea, semua orang heboh dan ribut. Sehingga kemudian nata de coco dianggap berbahaya berdasarkan temuan polisi tersebut, padahal agar berhasil dan tumbuh, orang membuat nata dengan menambahkan urea (yang sebenarnya memang diperlukan sebagai pupuk untuk nata). Kemarin ada berita yang mengerikan lagi sekarang" Pembalut wanita mengandung Klorin dan menyebabkan kanker, selain itu pembalut wanita tidak menggunakan kapas 100%, berbahaya!

Sebagai orang kimia saya tertegun, kemudian setelah membaca tambah bengong, karena tidak ada informasi ilmiah apa pun dalam berita itu. Klorin yang bagaimana yang ada di pembalut wanita tersebut, lalu kalau semua pembalut harus 100% kapas, lha ini lebih ngoyoworo lagi...! Lha kami beberapa waktu yang lalu malah berusaha bagaimana membuat pembalut dari bahan rumput untuk menggantikan kapas dan juga polimer sintetik. Selain nanti lebih murah maka pembalut itu akan meningkatkan kemampuan menyerap cairan sehingga dalam bayangan kami beberapa tahun yang akan datang ada pembalut setipis kain dengan kemampuan mengembang dan menyerap cairan lebih dari 1000X. Jadi nanti sehari atau dua hari perempuan yang sedang menstruasi baru ganti pembalut. Kalau cuma mengandalkan kapas 100% ya susah... Lagi pula dari mana mencari kapas sebanyak kebutuhan wanita sekarang atas pembalut... Fungsi kapas adalah sebagai sumber selulosa dan selulosa memang banyak terdapat di kayu dan juga rumput…

Kemudian klorin... Lha itu air minum dari PDAM apa ya tidak mengandung klorin? Kemudian pemutih pakaian? Lha klorin kan memang berfungsi untuk antibakteri agar pembalut tetap aman dan tidak menjadi sumber penyakit karena darah haid kan kotor sehingga tetap sehat saat menstruasi. Kalau YLKI mau mengedukasi masyarakat lha mbok informasinya yang jelas dan detail. Nggak cuma beli pembalut di minimarket kemudian mengirimnya ke lab yang katanya TERAKREDITASI kemudian memblow-up hasil yang kadang tidak dimengerti. Asal mengandung “sesuatu yang asing” misalnya klorin kemudian kesimpulannya berbahaya. Lha besok kalau pembalut buatan saya yang tipis, murah ketahuan berasal dari rumput pasti akan dikampanyekan, " Waspadalah, telah beredar pembalut wanita dari bahan rumput yang kotor....Lha terus???!!

Belum lagi berita dan share yang berbahaya tentang imunisasi yang banyak beredar di fesbuk, yang katanya imunisasi berbahaya dan pembodohan... Apa yang membuat berita itu tidak pernah belajar mikrobiologi atau minimal biologi di sekolah?! Atau minimal nonton sinetron Korea Dae Jang Geum (A Jewel in the Palace). Dari drama itu kan kita bisa tahu saat belum ada vaksin cacar, penyakit itu menjadi wabah luar biasa di Korea dan Jepang yang sangat mematikan.... Lha kalau semua dikembalikan ke istilah "Jaman dulu tidak ada..." Kapan kita bisa maju? Lha kalau sunat sekarang sudah pakai laser yang katanya tidak sakit mosok kita mau kembali pakai WELAD (bahasa Jawa) atau sayatan kulit bambu lagi seperti jaman dulu... hanya karena laser terlalu modern...

Jadi, kalau niat YLKI memang untuk mengedukasi ya press release yang jelas dan detail, disertai keterangan klorin seperti apa yang berbahaya, kenapa berbahaya, serta ambang batas berbahaya seberapa banyak? Kalau perlu buat dulu riset dengan mengajak lembaga riset atau perguruan tinggi sehingga kajian ilmiah semakin mendalam dan dan dimengerti. Ini contoh judul jurnal ilmiah tentang klorin sebagai PEMBUNUH kuman/bakteri.

 

 Gambar jurnal ilmiah tentang klorin sebagai antibakteri

sumber gambar: www.kompas.com

 

Salam dari pinggiran Jepang, 8 Juli 2015




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline