Lho, kok judulnya mengintip? Karena yang akan saya laporkan adalah hasil dari mengikuti facebook penyelenggara summer camp yang diikuti anak saya, Embun, 9 tahun, dari minggu ini sampai akhir bulan Agustus yang akan datang. Musim panas memang cukup menyiksa di Jepang. Biasanya, bagi orang kaya yang mempunyai waktu libur akan memanfaatkannya untuk liburan musim panas ke luar negeri demi menghindari sengatan matahari. Bagi yang tak cukup uang, maka pada musim ini Jepang akan di penuhi oleh acara matsuri/festival disetiap kota, demi sekedar memberikan hiburan bagi yang tak punya uang.
Secara tidak sengaja, bulan yang lalu saat ke sekolah anak yang mengadakan open school (acara yang rutin dilakukan sekolah untuk mengetahui proses belajar mengajar) bertemu dengan orang tua murid lain yang senang belajar bahasa Inggris. Seorang ibu yang juga guru di salah satu SMA di Jepang namun juga sering menjadi volunteer kegiatan sosial ke seluruh dunia. Ngobrol ke sana kemari akhirnya sampai ke topik summer camp yang rutin diikuti kedua anaknya. Dan akhirnya kami tertarik untuk mengikutkan Embun summer session ini. Pikir kami daripada sebulan penuh liburan hanya bermain gadget, lebih baik diikutkan kegiatan yang positif. Biayanya 30.000 yen untuk sebulan. Meskipun sebenarnya murah, tetapi bagi kami yang mahasiswa relatif sangat mahal. Biaya tersebut sudah termasuk tiket shinkansen pulang pergi, medical check up dan makan selama di camp. Kata ibu tersebut, biaya itu sangat murah karena kebetulan mendapat dukungan dana dari Save Children-nya UNICEF.
Yang justru agak merepotkan adalah persiapannya. Semua barang bawaan harus di tulis dalam kertas secara detail selain beberapa barang yang wajib dibawa perserta. Total lebih dari 40 item barang dalam koper besar yang harus kami paketkan langsung ke Shiga Perfecture (dekat Kyoto, lebih dari 400 km dari tempat tinggal kami). Kegiatan tersebut memang rutin dilakukan setiap tahun. Syarat utamanya adalah peserta bisa berkomunikasi dalam bahasa Jepang, Alhamdulillah, meskipun menjadi satu-satunya orang asing dari ratusan peserta, anak saya tetap bersemangat berangkat. Setelah mengisi form pendaftaran, tiket shinkansen langsung dikirim ke tempat kami dan kami diharuskan menunggu shinkansen pada hari, jam, menit yang telah ditentukan. Bahkan nomor gerbong pun sudah ditentukan karena ternyata rombongan pertama berangkat dari Stasiun sebelum tempat kami, Fukushima. Begitu tiba pada jam-nya, ternyata gerbong shinkansen tersebut sudah penuh berisi anak-anak peserta summer camp, tanpa didampingi orang tuanya. Hanya ada beberapa panitia yang mengaturnya. Dan mulai saat itulah kami untuk pertama kali berpisah dengan anak dalam waktu yang cukup panjang, lebih dari sebulan. Beruntung kami masih bisa mengikuti kegiatan mereka meskipun hanya dari laman facebook, yang katanya akan secara rutin meng-update kegiatan yang mereka lakukan.
Secara umum mereka katakan, kegiatan summer camp tersebut tidak terlalu berbeda dengan kegiatan rutin di rumah. Hanya saja mereka akan melakukan semua kegiatan sendiri dan bersama alias tidak dilayani. Mulai dari mencuci baju, menyiapkan makanan, belajar dan bermain. Mereka akan belajar kemandirian dan kebersamaan. Summer camp diselenggarakan oleh komunitas biwako 123. Biwako, atau danau Biwa yang terletak di Shiga prefecture, di suatu asrama yang asri di tepi danau. O iya, selama di camp, anak-anak tidak diperbolehkan membawa gadget. HP yang ada game-nya hanya diperbolehkan dipakai saat perjalanan di shinkansen, jadi kalau mau nelpon harus pesan dulu dengan panitia pendampingnya. Beruntung anak kami membawa HP yang hanya bisa menghubungi orang tuanya saja, jadi setiap saat bisa menelpon.
Kegiatannya selama summer camp apa saja? Kata anak saya yang tadi malam nelpon, kegiatannya menyenangkan. Pagi bangun tidur beres-beres asrama, makan pagi dan belajar sendiri. Masing-masing anak ketika liburan sudah mendapat PR yang sangat banyak dari sekolahnya. Kemudian siang hari beraktivitas di luar seperti renang, olah raga, bersepeda atau bermain. Setelah itu makan siang dengan diawali masak atau membantu menyiapkan makanan. Sore dan malam juga hampir sama, bermain, belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti membersihkan asrama, mencuci baju, menjemur baju, dan menyiapkan makan. Selama camp mereka juga diperbolehkan melakukan hobi mereka misalnya main bola, musik dan yang lain. Dan karena terlalu panjang untuk diceritakan satu persatu, maka saya posting saja beberapa foto kegiatan mereka dari foto yang diunggah di laman facebook: https://www.facebook.com/Biwako123camp.
Anak saya yang perempuan, rambut sebahu, berkaca mata dengan wajah khas Indonesia. Selamat Hari Anak Nasional. Anak kita layak mendapatkan pendidikan yang terbaik untuk masa depan yang lebih baik. Semoga di tanah air ada kegiatan serupa, karena hak anak adalah bermain…
Briefing awal sambil makan malam
Perkenalan
Ibu asrama