Lihat ke Halaman Asli

masunardi

TERVERIFIKASI

Dosen

Kapan Anak Boleh Mulai Mengenal Gadget?!…

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Anak saya yang kedua, cowok belum genap 3 tahun dan ngomong saja masih belepotan.Tetapi jika sudah memegang gadget baik itu hp, PC/komputer maupun laptop maka di akan menjadi super serius dan fokus alias tidak mau mengerjakan apa-apa lagi…tak mau bergerak dari tempat di duduk atau berbaring.Bagaimana dengan anak Anda??

Keberadaan gadget memang menjadi seperti pedang bermata dua dan masing-masing sangat tajam. Dan ternyata tidak hanya di Indonesia, di Jepang pun anak-anak mulai SD sudah selalu memegang gadget mulai dari PSP kemana pun mereka pergi, dan jika sudah agak besar selalu memegang HP, pemandangan tersebut sangat jelas terlihat ketika naik kereta di Jepang, hampir tak ada yang tidak memainkan hp.

Serba salah menghadapinya dan memperlakukan barang yang satu itu.Di satu sisi anak saya bisa banyak belajar dari gadget-gadget itu misalnya dia sekarang sudah hafal 26 huruf romawi dalam bahasa inggris dari lagu-lagu nursery yang ada di gadget atau ditonton melalui you tube padahal kami belum mengenalkannya dan di sekolah juga tidak ada pelajaran membaca-atau menulis, kalaupun ada sedikit itupun huruf-huruf Jepang Hiragana.Tetapi efek negatifnya seperti tadi saya ungkapkan di sebelumnya, dia tidak mau beralih ke yang lain.Kalau kakaknya yang sudah 8 tahun relatif mudah di atur, dia sudah bisa diberi pemahaman dan disiplin aturan yang kami buat, tentang apa saja yang boleh ditonton dan kapan saja waktu dia boleh menonton.Alhasil anak pertama kami, Embun sudah paham kalau dia hanya boleh memakai komputersepulang sekolah sekitar jam 3 sampai sebelumnya adiknya pulang jam 6 sore, dan otomatis saat dia mendengar suara gaduh kami di depan apato dia langsung buru-buru mematikan komputer dan menyambut kami.Itu pun kalau Embun tidak diajak main tetangga sekaligus teman sekolahnya.

Serba salah memang, apalagi untuk kami yang dua-duanya disibukkan dengan kuliah, kadang gadget menjadi sarana yang MUDAH untuk bisa santai di rumah.Kadang pengin juga memanfaatkan waktu istirahat di rumah untuk sekedar baca-baca berita online atau baca buku, tetapi jika anak-anak masih melek hal itu tidak pernah bisa.Anak kami memang selalu minta perhatian orang tuanya, mungkin karena jika hari Senin-sampai Jumat mereka dari jam 8 pagi samapi jam 6 sore di penitipan atau sekolah sehingga merasa kangen.Bahkan kadang agar kami ikut aktif dalam “kegiatan” mereka, sering si kecil merebut buku kami dan menyembunyikannya di lemari pakaian atau bawah bantal.Mereka protes jika kami sibuk sendiri tanpa melibatkan mereka.Dan untuk masalah gadgetmereka perlu contoh bukan perintah.Bahkan kakaknya sering berujar…”Kenapa ayah sering main hp kalau nyuruh yang lain tidak main hp..” Nah lho…selalau mati kutu sama anak jika sudah dikatakan seperti itu.

Akan tetapi benar juga, mereka harus diberi contoh meski orang tuanya tidak konsisten…(karena sering masih buka-buka fesbuk sambil ngumpet).Seminggu ini kami mencoba mendisiplinkan diri, tidak boleh ada gadget yang nyala dan terlihat oleh anak lelaki kami.Dua hari pertama terjadi “sakau” luar biasa…sampai tidur menangis sambil menyebut hp..hp… tetapi selanjutnya di sudah lupa… tetapi kasihan juga sebenarnya…akhirnya hanya malam libur saja yang di boleh nonton you tube.Untunglah mamanya bacaan nihongo nya sudah lumayan lancar meski kadang harus didampingi Embun (lho kok…) dan kami sudah menemukan Book Off di Utsunomiya untuk memborong buku yang harganya 100 yen, dan k arena semua pakai bahasa Jepang menjadikan ayahnya terbebas dari tugas membacakan yang kadang lebih dari 5 buku semalam.

Anak-anak harus mengenal gadget sedini mungkin tetapi tidak boleh menjadikan gadget teman mereka.Anak-anak harus mengenal teknologi sedini mungkin tetapi teknologi tidak boleh mendidik mereka.Anak-anak harus dididik sesuai dengan jamannya, sesuai dengan kebutuhannya.Salah satu yang membuat kami berniat membesarkan anak-anak dengan tangan kami sendiri di sini dan bukan menitipkan ke Embahnya ketika kami sekolah, kami tidak ingin anak-anak hanya menjadi seperti orang tuanya, dia harus melebihi orang tuanya.Jika kita dididik orang tua sudah dengan sangat baik maka kita mendidik harus dengan lebih baik lagi.Berat memang, tetapi inshaalloh bisa. Cuma memang permasalahan kami adalah dengan gadget yang memang tak mungkin dihindari, bagaimana dengan Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline