Lihat ke Halaman Asli

masunardi

TERVERIFIKASI

Dosen

Air Alkali, Air Sehat atau Bisnis Sugesti?

Diperbarui: 4 April 2017   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14205296632077861300

Beberapa waktu yang lalu ada seorang teman yang menanyakan tentang air alkali yang saat ini di Indonesia sedang NGETOP, katanya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit, namun air tersebut dijual dengan harga yang cukup mahal.  Alat untuk memproduksi air alkali juga banyak ditawarkan oleh berbagai pihak sebagai bisnis yang menggiurkan.  Lalu, apa benar air alkali bisa berkhasiat sehebat itu.  Berdasarkan beberapa penelusuran literatur di internet, tetapi saya batasi yang sumbernya tidak bertendensi bisnis, tulisan ini ingin sedikit mengulasnya dari segi ilmu kimia karena kebetulan saya orang kimia agar kita bisa melihat semuanya dari segi ilmiah yang netral dan bukan bisnis segesti dan testimony semata..

Satu kata kunci, air yang bersih dan murni adalah landasan untuk kesehatan tubuh kita,  karena sebagian besar tubuh kita adalah air, maka asupan air sangat penting untuk keberlangsungan aktivitas tubuh kita.   Lalu bagaimana air yang bersih dan murni tersebut bisa kita peroleh mengingat saat ini banyak sekali sumber-sumber air yang mulai tercemar? Apakah air kemasan lebih sehat? Apakah mesin pengolah air minum yang banyak dijual di pasaran bisa memproduksi air minum yang sehat?

Untuk proses penyediaan air sehat, beberapa tahun terakhir isu tentang peran pH mulai dianggap penting, alkaline versus aciditic water.  Saat ini banyak orang yang mempromosikan air alkali bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit misalnya kanker, radang sendi dan penyakit degeneratif lainnya, akan tetapi apakah semua benar?!  Alasannya, air alkali secara teoritis adalah antioksidan yang bagus yang dengan kelebihan elektronnya dapat mengusir radikal bebas berbahaya dalam tubuh kita.  Para penjual air alkali mengklaim bahwa air alkali bisa mengurangi keasaman dalam tubuh kita yang secara tidak langsung akan mencegah dan mengobati munculnya berbagai penyakit tersebut.

Para penjual dan para penggemar air alkali mungkin akan dengan semangat mempromosikan kehebatan dari air ber-pH tinggi ini, bahkan mungkin banyak yang sudah membuktikan sendiri keampuhan air alkali dalam mengobati berbagai penyakit yang pernah diderita.  Namun, penekanan dalam bahasan ini tidak untuk menyangkal atau membenarkan hal tersebut.  Hanya saja sebagai catatan kita tidak bisa menentukan kualitas air hanya dari segi pH atau derajat keasaman semata…

Beberapa jenis air yang selayaknya kita ketahui:

1.Air murni: Air yang secara fisika telah mengalami proses penghilangan pengotor melalui proses distilasi, deionisasi, reverse osmosis dan atau filtrasi.

2.Air suling: Air yang yang didistilasi/disuling dan uap airnya dikondensasikan lagi sehingga tidak mengandung mineral-mineral lagi.

3.Air kemasan: biasanya air pegunungan yang telah melalui beberapa proses produksi sebelum pengemasan misalnya reverse osmosis, ozonisasi dan filtrasi meskipun beberapa pabrikan tertentu dimungkinkan hanya melakukan proses pembotolan langsung air dari berbagai sumber tanpa proses tertentu.

4.Air alkali: Air yang telah mengalami proses pemisahan melalui elektrolisis sehingga menjadi dua fraksi/bagian yaitu yang bersifat asam dan basa, terutama dari pemisahan ion-ion magnesium dan kalsium yang terdapat di dalam air alam.

5.Air demineral:  Air yang telah mengalami penghilangan mineral-mineral ionic misalnya garam-garam sodium, kalsium, besi, klorida dan bromide dengan menggunakan filtrasi melalui resin penukar ion yang mampu mengingat ion-ion tersebut.

6.Air keras dan air lunak:  Air yang banyak mengandung mineral-mineral terlarut dalam jumlah cukup banyak sedangkan air lunak adalah air yang diproses sehingga hanya mengandung kation sodium (Na+).

Istilah pH (potential of Hydrogen) secara sederhana adalah banyaknya ion hidrogen dalam suatu sistem larutan.  Secara umum diketahui, larutan ber-pH tinggi berarti memiliki sedikit ion hidrogen dan sebaliknya larutan ber-pH rendah berarti memiliki banyak ion hydrogen, dimana rentang pH adalah dari 0 sampai 14.  Biasanya larutan dianggap asam jika ber-pH kurang dari 7 dan disebut basa (alkali) jika ber-pH lebih dari 7 sedangkan larutan ber-pH 7 dianggap netral.  Air di alam biasanya memiliki pH dari rentang 6.5 sampai 9.0, tergantung dari lingkungan tanah, vegetasi, musim dan cuaca, bahkan untuk daerah tertentu misalnya lahan gambut/rawa atau bekas tambang batu bara kadang memiliki pH kurang dari 5.  Selain itu aktivitas manusia dan industri juga menyebabkan polusi yang akan mempengaruhi pH air.  Pada rentang pH 4-10, berbagai makhluk hidup mampu bertahan, namun diluar rentang tersebut hanya makhluk-makhluk tertentu yang mampu bertahan hidup dengan baik.

Lalu rentang pH berapa air minum yang dianggap sehat?  Menurut WHO yang tertulis di Guidelines for Drinking-water Quality, dokumen hampir 600 halaman tersebut menulis berbagai hal tentang air minum, kecuali rekomendasi tentang pH tertentu yang dinyatakan sehat.  Dalam dokument tersebut tidak ada panduan pH untuk kesehatan, namun hanya tertulis rentang pH 6.5 sampai 8.0 yang disarankan untuk air minum.  Mungkin juga saat dibuat, dokumen WHO tersebut tidak memperhatikan secara khusus air alkali, namun pH optimal air minum di area pH netral memang berfungsi untuk menjaga stabilitas pH di dalam sistem tubuh kita secara alami.  Mungkin saja pH di atas atau di bawah rentang tersebut bisa bermanfaat untuk tujuan tertentu misalnya disinfektan, akan tetapi sudah sepatutnya kita berhati-hati apalagi jika kita konsumsi terus menerus dalma jangka panjang.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dalam kaitannya tentang pengaruh pH terhadap tumbuhan dan hewan misalnya yang dilakukan oleh:

·Michigan State University, yang mempelajari pH media tanam menyatakan bahwa pH yang terlalu tinggi akan menyebabkan peluang terjadinya defisiensi mikronutrien pada tanaman tetapi pH  yang terlalu rendah akan bisa menyebabkan keracunan kalsium, magnesium atau mangan.

·Ohio State University melaporkan bahwa air dengan pH cukup tinggi akan mempengaruhi kemampuan tanaman untuk memperoleh nutrient dari dalam tanah dan dapat mengubah sifat tanah dalam jangka waktu tertentu.

·Sebuah kajian ekologi di Belanda menemukan bahwa masuknya air alkali ternyata dapat mengurangi tumbuhan asli disuatu tempat yang dinamakan tumbuhan Stratiotes aloidesL

Maka jika kita seorang petani, berdasarkan informasi tersebut kita akan tahu bahwa PH akan memiliki dampak tertentu bagi tanaman dan lahan kita…

Sedangkan penelitian tentang alkalinitas dalam kaitannya dengan manusia juga ada beberapa yang telah dilakukan meskipun penelitian dalam tema ini masih dapat diperdebatkan. Misalnya tentang pengobatan kanker menggunakan air alkali, terutama berdasarkan teori bahwa saat ini tubuh kita terlalu asam akibat pola makan yang tidak sehat.  Penelitian ilmiah tentang kaitan alkalinitas dengan kanker sebenarnya belum dapat disimpulkan secara tepat, akan tetapi pH terlihat menunjukkan pengaruh yang cukup besar terhadap sel-sel  mitokondria.  Menurut penelitian yang dipublikasikan di Journal of Biological Chemistry, sel-sel normal akan mati pada kondisi yang sangat basa karena terjadinya alkalosis (naiknya pH sel) yang menyebabkan sel-sel yang terinduksi mengubah fungsi mitokondria.   Penelitian lain misalnya yang dilakukan oleh Cornell University menyatakan bahwa antioksidan belum terbukti efektif dalam melawan berbagai penyakit neurodegenerative, pada beberapa kasus yang terjadi dimungkinkan hanya karena bagaimana mitokondria dapar beroperasi dalam kondisi pH tertentu.

Beberapa peneliti bahkan menentang dengan keras argumen perang antara kanker vs alkalinitas.  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Robert Gilles yang mempelajari tentang pembentukan sel tumor dan keasaman.  Menurut Gilles, tumor dengan sifar alamiah-nya ternyata mampu membentuk keasamannya sendiri, bahkan dalam kondisi struktur sel yang basa sekalipun.  Beberapa peneliti yang mengkaji pengembangan prototype agen antikanker baru yang mampu dengan selektif membunuh sel-sel tumor dengan mengatur pH intrasel menemukan bahwa perlakuan alkali tidak berdampak nyata, akan tetapi malah perlakuan asam menunjukkan dampak positif.  Bahkan hasil penelitian National Cancer Institute pada tahun 2005 yang meninjau kembali penggunaan vitamin C (asam askorbat)  untuk perlakuan kanker menyatakan bahwa asam askorbat yang diberikan dalam dosis tertentu secara intravena berhasil membunuh sel-sel kanker tanpa merusak sel-sel normalnya.  Jadi sebenarnya, mengkaitkan kanker dengan keasaman atau kebasaan air adalah kesimpulan yang terlalu disederhanakan, terlalu prematur, karena mungkin bertujuan untuk memanfaatkan rasa takut kita dan keinginan besar kita untuk sehat.  Yang jelas, air alkali bukan peluru ajaib dan bukan obat untuk kanker, karena definisi obat atau sesuatu yang mampu mengobati penyakit tertentu harus melalui rangkaian uji farmakologi dan uji klinis yang sangat panjang.

Tuhan telah membuat tubuh kita sempurna dan seimbang, dan keseimbangan adalah kunci dari kesehatan kita dan juga segala sesuatu.  Air yang terlalu asam maupun terlalu basa dapat mengganggu kesehatan kita dan mendorong terjadinya ketidakseimbangan nutrisi.  Secara sederhana, tubuh kita tidak didesain untuk mengkonsumsi air yang terlalu basa sepanjang waktu.  Jika kita mengkonsumsi air alkali sepanjang waktu maka sebenarnya hal tersebut akan meningkatkan alkalinitas di dalam perut kita  yang berarti akan mengganggu keasaman perut kita sehingga mengganggu kemampuannya mencerna makanan, membuat asam lambung terganggu dan membuka pintu bagi parasit-parasit di dalam usus kecil dan masalah kesulitan pencernaan protein dalam tubuh kita.  Selain itu mengkonsumsi air alkali secara terus menerus juga dapat menyebabkan tubuh kita akan memperoleh sedikit mineral dan nutrisi selain juga dapat membunuh beberapa bakteri yang bermanfaat bagi tubuh kita karena sifatnya yang antibacterial.

Jadi air yang bagaimana yang diperlukan oleh tubuh kita?  Menurut ahli kesehatan, air yang kita konsumsi sebaiknya air murni yang bersih, seimbang, sehat, tidak terlalu asam dan tidak terlalu basa.  Bahkan beberapa perairan yang paling sehat  di dunia yang muncul di pegunungan kerap memiliki pH dalam kisaran 6,5 yang diyakini memiliki air berstruktur tertentu.  Atau jika kita muslim, air zam-zam yang dipercaya sejak ratusan tahun yang lalu dapat menyembuhkan berbagai penyakit juga memiliki pH dalam kisaran cukup netral yaitu sekitar 7,8-8,0 meski beberapa sumber menyatakan air zam-zam memiliki pH sekitar 7,3.  Menurut Dr. Masaru Emoto, seorang peneliti Jepang yang mengamati berbagai bentuk kristal air menemukan bahwa kristalinitas air tergantung pada kesehatan alami dari air.  Sebagian besar air dengan struktur yang dipercaya mampu berkhasiat menyembuhkan berasal dari mata air alami.  Air suling atau tercemar dianggap telah kehilangan struktur aslinya sehingga dianggap kurang sehat bahkan meskipun telah mengalami berbagai proses air tersebut dianggap sebagai air mati.  Jadi mungkin lebih baik kita lebih mencermati sumber airnya dan bukan proses pengolahannya yang kadang berharga sangat mahal untuk memperoleh air mati.

Belajar dari orang Jepang.  Orang Jepang diketahui sebagai salah satu orang yang memiliki umur terpanjang di dunia.  Ketika kami hidup dan tinggal cukup lama di Jepang, kami kemudian paham dan menganggap hal tersebut sebuah kewajaran.  Melihat pola makan dan minum mereka kami jadi sadar bahwa banyak yang salah dari pola hidup kita.  Kuncinya keseimbangan.  Pola diet orang Jepang tidak berdasarkan ukuran kenyang tetapi lebih pada ukuran kebutuhan kalori.  Hampir setiap makanan yang dijual baik itu instan atau tidak selalu membubuhkan nilai kalori yang terkandung di dalamnya.  Makan tidak harus nasi seperti halnya orang Indonesia, bagi mereka mie, nasi, roti, daging, ikan dan sayur memiliki hak yang sama untuk masuk sebagai makanan.  Konsumsi sayur, buah, susu dan ikan relatif sangat tinggi sedangkan konsumsi ayam, daging dan nasi tidak sebanyak orang Indonesia. Mungkin memang hanya di Indonesia makan nasi lauknya mie instan..   Garam apalagi gula juga sangat dibatasi, bahkan orang Jepang memiliki pepatah “ Banyak gula cepat mati”, yang meyakini bahwa gula adalah penyebab banyak penyakit.  Saat awal-awal di sini agak kaget juga ketika minum kopi atau teh tanpa gula, tetapi lama-kelamaan cukup terbiasa.  Untuk minuman lain misalnya fresh water cukup ambil dari kran tanpa perlu dimasak terlebih dulu.  Bahkan hal tersebut sudah diajarkan di sekolah anak kami yang play group dan SD.  Minum air kran...

Jadi mari percaya, bahwa Tuhan telah memberi kita tubuh yang luar biasa sempurna.  Keseimbangan gizi, makanan dan minuman adalah sangat penting.  Belajar dari nenek moyang kita yang umurnya juga relatif sangat panjang tanpa mengkonsumsi yang aneh-aneh.  Khusus untuk air alkali, silahkan mencari alasan ilmiah sendiri jika tulisan ini belum cukup mampu memberi gambaran.  Akan tetapi sebisa mungkin informasi yang kita peroleh yang tidak berasal dari situs komersial agar lebih netral dan bukan bisnis.  Mungkin di satu sisi klaim manfaat air alkali untuk beberapa kasus benar, akan tetapi untuk konsumsi sehari hari dalam jangka waktu panjang harus difikirkan ulang.  Di Jepang sendiri, berbagai air kemasan banyak tersedia, semua mencamtumkan komposisi nutrisi dan pH –nya, akan tetapi harganya relatif sama semua,  air alkali dengan pH 8-9 tidak lebih mahal dari air mineral kemasan ber-pH 6-7.  Pembedanya hanya merk atau brand.  Jadi, sudah saatnya bisnis air minum tidak menjadi bisnis sugesti dan testimoni.  Ingat beberapa tahun yang lalu bagaimana air R/O (reverse osmosis) dianggap lebih sehat sehingga dijual dengan harga lebih mahal...??  Sekarang para penjual air alkali malah menyatakan sebaliknya...

Sumber utama:

http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2010/09/11/alkaline-water-interview.aspx

i “It’ll quench your thirst, of course” (January 22, 2007) Los Angeles Times: The Healthy Skeptic

ii “Water on the web: pH,” National Curriculum for Colleges and High Schools

iii “Water properties: Ph” USGS: Water Science for Schools

iv N Mesner and J Geiger. (June 2005) “Understanding your watershed: What is pH?,” Utah State University Extension

v “Guidelines for drinking-water quality,” World Health Organization, First addendum to third edition, Volume 1 Recommendations

vi DD Warnoke and DM Kraukopf (September 1983) “Greenhouse growth media: testing and nutrition guidelines” Michigan State University Extension Bulletin E-1736

vii J Christensen. “Alkaline water plant damage” GardenGuides.com

viii JGM Roelofs. “Inlet of alkaline river water into peaty lowlands: Effects on water quality and Stratiotes aloides L. stands”Aquatic Botany Volume 39, Issues 3-4, 1991, Pages 267-293.

ix TY Yesaki and GK Iwama. “Survival, acid-base regulation, ion regulation, and ammonia excretion in rainbow trout in highly alkaline hard water,” Dept. of Animal Science, University of British Columbia, Canada (March 5, 1992) JSTOR: Physiological Zoology, Vol. 65, No. 4, Jul-Aug 1992, pages 763-787.

x HJ Majima, et al. “Prevention of mitochondrial injury by manganese superoxide dismutase reveals a primary mechanism for alkaline-induced cell death,” Journal of Biological Chemistry, 273, pages 8217-8224 (April 3, 1998)

xi HH Szeto. “Mitochondria-targeted peptide antioxidants: Novel neuroprotective agents,” AAPS Journal 2006; 8(3): E521-E531

xii RJ Gillies et al. “Causes and effects of heterogeneous perfusion in tumors,” Neoplasia August 1999; 1(3): 197-207

xiii D Rotin, et al. “Cytotoxicity of compounds that interfere with the regulation of intracellular pH: A potential new class of anticancer drugs,” Cancer Res. Mar 15, 1987 ; 47(6): 1497-504

xiv Q Chen, et al. “Pharmacologic ascorbic acid concentrations selectively kill cancer cells: Action as a pro-drug to deliver hydrogen peroxide to tissues,” PNAS September 20, 2005, vol. 102, no. 38, pages 13604-13609

xv I Rosborg, et al. “Inorganic constituents of well water in one acid and one alkaline area of south Sweden,” (May 13, 2002) Lund University, Lund, Sweden Water; Air and Soil Pollution (2003) 142: 261-277

xvi NV Vorobjeva, et al. “The bacterial effects of electrolyzed oxidizing water on bacterial strains involved in hospital infections”Artificial Organs (June 2004) vol. 28, issue 6, 590-592

xvii M Emoto. Water Crystal Study (Japan)

·http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Airzamzam/airzamzam.htm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline