Lihat ke Halaman Asli

Perjalananku, Menembus Batas Waktu dan NKRI

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Daku Bersyukur bisa bepergian dg pesawatku ke angkasa luar, dg kecepatan cahaya...300 rb km / detik, kujelajahi alam jagat raya yg tiada terbatas, kutemui berbagai planet... hingga planet yg semua unsurnya Berlian ! Akhrnya ku kembali setelah 25 tahun perjalananku, kutemui berbagai kantong masyarakat kota yg miskin, mulai Tj.priok, kramat, salemba, pulo gadung hingga Jebres di Solo, Kaimana di Sorong, pelosok2 Riau, hg Papua, di hampir 400 kota/kabupaten dan didesa desa, kuhitung cepat...lebih 140 juta. Kujumpai, wilayah tambang nan luassss....ratusan rb hektar..dikeduk, batu bara, emas, nickel, besi, mangan dlsb, lautan luassss..yg dikeduk ikannya di sepanjang Katulistiwa, wilayah luas di tembagapura ...brpuluh ribu hektar Puluhan juta hektar hutan...bopeng, jutaan hektar kebun sawit, coklat , karet dll..terhamparr. kuhiitung cepat..hanya 200 trilyun / th devisa diperoleh dari bgitu besarnya kekayaan alam indonesia. aku heran, lebih 140 juta rakyat miskin tersebut hanya terbengonggg....linglunggg melihat lingkungan sekitar negerinya asing baginya...dan mereka sudah tak berdaya, tak berkuasa, tak memiliki mereka buta...mereka tidak melihat...mereka tuli, tapi hanya ...menjalani hidup...bertahan hidup seadanya untuk menunggu kematian. Lebih heran lagi mereka masih fasih menghafal Nkri & Pancasila, dan mereka "sangat militan" atas doktrin tsb, bhkan rela mati...rela "menghujat bahkan membunuh" siapapun yg hanya menyebut , menulis atau mengkritik...tentang ancaman Nkri bubar. 4 hours ago ·




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline