Lihat ke Halaman Asli

Jika Prabowo Kalah, Setidaknya Pilihan Saya sudah benar, ikut Ulama

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1404607929536525032

SESUNGGUHNYA Allah memberi cahaya kepada segala sesuatu yang ada dilangit dan bumi. Pada dasarnya seluruh alam semesta ini berada dalam kegelapan, kemudian Allah memberikan cahayanya pada tempat tempat tertentu. Perhatikan langit dan angkasa raya yang dipenuhi bintang bintang. Semua itu berada dalam keadaan gelap, kemudian Allah jadikan bintang, matahari dan bulan sebagai sumber cahaya yang menerangi sekelingnya.

Terang dan gelap adalah dua keadaan yang jauh berbeda. Tidak sama keadaan orang yang berada ditempat terang dengan orang yang berada di tempat gelap. Allah telah mengingatkan hal ini didalam surat Fathir [35] ayat 19 – 21 :

وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ

وَلَا الظُّلُمَاتُ وَلَا النُّورُ

وَلَا الظِّلُّ وَلَا الْحَرُورُ

“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat.  Dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya, dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas.” (QS Fathir 19-21)



Cahaya orang Mukmin di Dunia

Orang beriman adalah orang yang berada dalam naungan cahaya Allah, wajah dan hatinya diliputi cahaya yang dapat dirasakan oleh orang disekitarnya. Kata katanya menentramkan dan menyejukan hati, perilaku dan ahlaknya menyenangkan orang disekitarnya. Dimanapun ia berada selalu mendatangkan kedamaian dan ketenangan. Orang yang peka dan terang hatinya dapat melihat cahaya yang terpancar dari wajah orang Mukmin ini.

Sebaliknya orang yang tidak beriman pada Allah berada dalam kegelapan. Wajah dan hatinya diliputi kegelapan diatas kegelapan. Kata katanya menyakitkan hati, perilaku dan ahlaknya menimbulkan keresahan bagi orang disekitarnya. Hidupnya penuh kebohongan dan tipuan, kesana kemari mengumbar syahwat dan kesenangan fatamorgana. Orang yang mengikutinya sering terjebak kesenangan semu, yang berakhir dengan kesengsaraan dan derita. Orang yang peka dan terang hatinya dapat melihat kegelapan wajah orang ini.

Tanda tanda  orang beriman yang bermandikan dan berselimut cahaya itu adalah mereka yang disebutkan dalam surat An Nur ayat 36-37:

فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَن تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ

رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْماً تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ

“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (QS: An Nur 36-37)

Mereka tidak dilalaikan oleh perniagaan dan urusan dunia dalam berzikir mengingat Allah, mengerjakan shalat, menunaikan zakat, dan mereka takut akan datangnya suatau hari yang hati dan penglihatan manusia bergoncang (kiamat). Mereka selalu bertasbih  mensucikan dan menganggungkan kebesaran Allah dimasjid masjid pada waktu pagi dan petang hari.

14046079961069760500

Kita akan dibangkitkan dengan orang dan “kaum yang kita cintai”

Sesungguhnya, mata dan hati seseorang itu terbatas. Pandangan kita tak bisa menjangkau hari esok,–apalagi-- sampai urusan masa depan. Sebab, semua hanya Allah yang mengendalikan.

Hanya saja bagi orang beriman, ada kalangan tertentu –karena iman dan amalnya—bisa melihat “tanda-tanda” zaman.

Tentu hal ini tak akan pernah bisa dipahami orang-orang biasa. Ini hanya bisa dipahami dalam ranah hati orang-orang yang dilindungi Allah.

إن في ذلك لآيات للمتوسمين

“ Sesungguhnya pada peristiwa itu terdapat tanda- tanda bagi orang – orang yang “ Al Mutawassimin “ (QS Al Hijr: 75).

ولو نشاء لأريناكهم فلعرفتهم بسيماهم

Karena itulah agama kita (Islam) mengingatkan akan “FIRASAT” orang-orang yang baik. Sementara orang-orang baik saat ini ada pada ulama.

اتقوا فراسة المؤمن ، فإنه ينظر بنور الله

“Hati- hatilah dengan firasat orang yang beriman, karena dia melihat dengan cahaya Allah. “(HR Tirmidzi dengan sanad lemah ,dalam Al Sunan, Kitab : Tafsir, Bab : Tafsir surat Al Hijr (hadits 3127).

Firasat, kalau kita kaji dengan teliti, ternyata terdapat di dalam ajaran Islam. Dalilnya, selain hadits di atas, adalah beberapa ayat Al Qur’an yang menyentuh masalah firasat tersebut, di antaranya adalah firman Allah:

Al Mutawasimin menurut pengertian ulama adalah orang-orang yang mempunyai firasat, yaitu mereka yang mampu mengetahui suatu hal dengan mempelajari tanda-tandanya.

Sekiranya Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu, sehingga kamu benar- benar mengetahui mereka dengan tanda- tandanya.“ (QS Muhammad: 30).

Fisarat ulama berbeda dengan firasat politikus, budayawan, seniman, apalagi penyanyi/artis/pelawan dan orang-orang biasa. Karena itu sebaik-baik firasat ya firasatnya orang baik dan ulama.

Karenanya, firasat ulama tak bisa disamakan dengan dukungan artis, gelontoran uang, iklan-iklan, relawan-relawan yang hanya melahirkan "pencitraan", berbeda.  FIRASAT satu hal yang dianjurkan Allah (dan pasti halal), sementara yang kedua "belum pasti kehalalannya" dan "belum tentu juga diberkahi".

Bandingkan Dua Foto berbeda di bawah ini. Mana firasat orang alim dan tidak: [Foto bicara, bukan fitnah]

[caption id="attachment_346518" align="alignnone" width="600" caption="Istiharah 2500 alim-ulama Tapal Kuda (mayoritas NU, dan pesantren berpengaruh) memilih Prabowo. Memang tak pakai konser"]

14046102681035843049

[/caption]

14046103301371271209

Mari lihat Foto-foto di bawah ini, untuk membandingkan mana yang sejuk mana tidak! [Jangan sebut ini fitnah lho ya?]

[caption id="attachment_346513" align="alignnone" width="600" caption="Bimbim dan Fajroel Rahman: Setia dukung Jokowi di KOnser Salam 2 Jari"]

14046094841876036992

[/caption]

[caption id="attachment_346514" align="alignnone" width="600" caption="Roy Jeconiah, vokalis Boomerang: Siap menangkan "]

1404609612292709031

[/caption]

[caption id="attachment_346515" align="alignnone" width="600" caption="Pendukung Konser Salam 2 Jari di GBK: Santai dulu!"]

14046096741561411597

[/caption]

[caption id="attachment_346517" align="alignnone" width="600" caption="Minum dulu batalin puasa bro, GBK panas :)"]

1404609894869319606

[/caption]

Ikut kaum yang Mana Kita?

Barangsiapa yang mencintai suatu kaum, niscaya dia akan dibangkitkan bersama nya kelak di akherat.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas bin Malik dikisahkan ada seseorang lelaki yang pernah bertanya kepada Nabi ShallAllohu ‘alaihi wa sallam tentang Hari Kiamat. Lelaki itu bertanya

“Bilakah datang Hari Kiamat?”Beliau balik bertanya “Apa yang telah engkau persiapkan ununtuk menyambutnya?” Lelaki itu menjawab “Tidak ada yang bisa kupersiapkan. Hanya saja aku mencintai Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya.” Maka Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa sallam berkomentar, yang artinya: “Engkau akan dikumpulkan bersama orang yang engkau cintai.” Anas berkata “Kami tidak pernah bersenang hati sebagaimana senangnya kami ketika mendengar beliau bersabda “Engkau akan dikumpulkan bersama orang yang engkau cintai.” Sementara saya mencintai Nabi, Abu Bakar dan Umar. Saya berharap semoga saya bisa bersama mereka karena kecintaan saya kepada mereka, meskipun saya tidak mampu mengamalkan apa yang mereka amalkan.”

Menang kalanya Jokowi atau Prabowo itu semua sudah takdir Allah. Bukan karena TV/IKLAN/Timse atau Relawan. Meskipun ada benarnya, wasilah mereka jadi mememanangkan.

Bahkan jika Jokowi menang, sementara istkharah (firasat) para ulama orang baik-baik kalah dan mbeleset, itu bukan karena ulamanya salah, seolah risalah Islam ini tidak benar. Itu juga semata2 kehendak Allah, yang bisa jadi Allah [hanya] menunda doa para ulama. Karenanya Allah selalu menghibur dengan ayat;

وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS: Ali Imran: 139)

Jika pilihan saya kalahpun, Alhamdulillah, sekali lagi itu sudah takdir Allah.

Setidaknya, istiharah saya insyaAllah sudah benar, telah satu barisan dengan para ulama dan orang baik-baik. Bukan artis-artis bertatoo, bertindik, bukan pelawak dan orang-orang yang siang hari di bulan Ramadhan makan dan minum tak takut adzab Allah. Sehingga saya bisa tenang mempertanggungjawabkan di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala.

Dan satu yang penting, sebagai orang Muslim yang normal, jangan sampai saya dibangkitkan Allah di hari kiamat bersama orang yang salah. Saya hanya ingin dibangkitkan bersama para ulama dan orang-orang alim.*




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline