Lihat ke Halaman Asli

Mari Menebar Misi Perdamaian

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sekitar 200 mahasiswa mengikuti CoffeeBreak Perdamaian yang digagas Himpunan Mahasiswa Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dengan Peace Generation Indonesia yang menghadirkan narasumber, Ahmad Gibson Al-Busthomi (Dosen UIN SGD Bandung), Samuel (Forum Deklarasi Sancang), Yusep Rofiki, Ahmad Jahir, Ratipuk dan Wilmeksi (Peace Generation Indonesia) di Auditorium Utama UIN SGD Bandung, Rabu (25/5).

Menurut Samuel, dalam agama kristen ada dua aliran yang menganjurkan penyebaran perdamaian dan menolaknya. "Untuk yang menerimanya mereka memiliki keyakinan kehidupan ril dengan terbuka untuk hadir tanpa menjadikan Kristenannya penghambat misi perdamaian," katanya

"Kami sangat konsen terhadap isu-isu perdamaian dengan menyemai perdamaian disekitarnya," paparnya.

Salah satu upaya mewujudkan perdamaian ini dalam kehidupan sehari-hari, "Dengan menciptakan dialog intensif harus dimulai dari tingkat rukun tetangga (rt), sehingga perdamaian dan kebaikan terjadi di masyarakat," ujarnya.

"Mari kita sebar misi perdamaian dengan banyaknya keterlibatan kalangan muda. saya yakin dan mendukung kegitan ini untuk mengenalka pentingnya perdamaian dan kebajikan bagi kita semua" tegasnya.

Bagi Yusep titik pijakan perdmaian ini, "Harus diawali dari kalimatun sawa (titik temu agam-agama) karena menurut tafsir Jamahsari, Al-Quran, Injil dan Taurot sama saja dan menurut Al-Qurtubi itu keadilan, tawamuh atau toleransi. Ini mnejadi prinsip dalam menyebarkan perdamaian," tuturnya.

"Barangsiapa yang terlah menghalalkan pembunuhan tidak termasuk dalam kategori agama yang menyarakan perdamaian" tambahnya.

Mari kita dengarkan lirik lagi rindu damai pada bait akhir "Karena damai keseimbangan antara pikiran dan rasa, antara aku dan kamu" pesannya.

Untuk menumbuhkan nilai-nilai perdamaian di Peace Generation Indonesia dibentuklah modul 12 nilai dasar perdamaian karya Erik Lincoln (USA) dan Irfan Amalee (Indonesia), diantaranya; 1) Menerima diri (proud to be me). 2) Prasangka (no suspicion no prejudice). 3) Perbedaan etnis (different culture but still friends). 4) Perbedaan agama (different faiths but not enemies). 5) Perbedaan jenis kelamin (male and female both are human). 6) Perbedaan status ekonomi (rich but not proud, poor but not embarrassed). 7) Perbedaan kelompok atau geng (gentlemen don’t need to be gangsters) 8) Keanekaragaman (the beauty of diversity). 9) Konflik (conflict can help you grow). 10) Menolak kekerasan (use your brain not your brawn) 11) Mengakui kesalahan (not too proud to admit mistakes) 12) Memberi maaf (don’t be stingy when forgiving others) ujar Ahmad

"12 nilai dasar perdamaian ini bukan hanya islam yang harus didik perdamainya, tapi orang kristen juga. Makanya buku ini sebentar lagi akan dialihbahasakan menjai versi Kristen dan mohon bantuanya dari pendeta" jelasnya

"Pengalam saya mengikuti program Walk The Peace dan Kick The Hate dari bergama budaya, agama dan 18 mahasiswa asing bisa mengikuti acara ini dengan berjalan dari bandung ke Pangandara sekitar 200 km. Selama 10 hari saya bisa belajar, bermain, hidup kebersamaan persahabatan kami semakin kuat" kata Wili.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline