[caption id="attachment_100531" align="alignleft" width="300" caption="(Dokumen Pribadi Riva Rahayu)"][/caption] Sekitar 50 orang mahasiswa, dosen, guru besar megikuti acara Bedah Buku "Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara" bersama Yuliawan Kasmahidayat (Penulis), Dodi S. Truna (Dosen UIN SGD Bandung) Yayan Nurbayan (Dosen UPI Bandung) atas kerjasama Fakultas Ushuluddin dengan Pusat Informasi dan Kajian Islam (PIKI) di Aula Senat, gedung Al-Jamiah lantai II UIN SGD Bandung, Rabu (06/04) Menurut Yuliawan, menjelaskan "Buku yang diterbitkan Bintang WarliArtika tahun 2010 dan diluncurkan pada Maret 2011 ini merupakan hasil disertasi saya pada Program S3 Kajian Budaya di Universitas Udayana yang berjudul "Transformasi Religiousitas Seni Dodod pada masyarakat Mekar Wangi Kabupaten Pandeglang Bentel Selatan dan berhasil dipertanggungjawabkan untuk meraih doktor," katanya Buku ini terdiri dari 9 bab. Untuk bab 1 sampai 6 menggunakan pendekatan antropologi. Pada bab 8 Seni Dodod dengan Al-Quran. "Seni Dodod adalah seni ritual yang lahir dan berkembang di masyarakat Mekar Wangi Kabupaten Pandeglang Bentel Selatan. Fungsinya, untuk upacara tatanen dan panen padi bisa dilihat pada; Pertama, Upacara tatanen pada saat menanam padi sampai berubah menjadi muda. Kedua, Upacara ngalaksa pada saat pertengahan untuk mengusir roh-roh dan gangguan roh jahat sampai musim panen tiba. Ketiga, Upacara rasulan pada saat penyimpanan padi dan benih dari hasil panen disimpan ke leuit atau goah," jelasnya Mengenai transformasi budaya pada Seni Dodod ini, menguraikan "Dari hasil penelitian yang saya lakukan mulai tahun 1994 sampai 2009 telah terjadi perubahan yang mendasar pada gerak seni, kostum dan syair atau pupuh. Pada mulanya seni Dodod yang diciptakan oleh Ki Bungkong pada abad XVI sarat dengan Sunda Wiwitan hanya menjadi media pengkultusan terhadap Dewi Sri (Dewi Padi)," paparnya Termasuk pada tahun 1994 seni Dodod ini sarat dengan Sunda Wiwitan. Akan tetapi pada tahun 2009 setelah berkumpul dengan Kyai dari 25 Pondok Pesanten dengan pewaris terakhir Seni Dodod, Eni Surani upacara ini dialihkan menjadi bentuk tasyakuran atas nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada kita melalui padi, tegasnya "Sejak tahun itulah Seni Dodod yang kuat unsur Sunda Wiwitannya itu dialihkan ke Islam. Pada tahun 2011 Seni Dodod ini hanya bisa dilakukan pada upacara perkawinan dan hitanan saja," tambahnya Transformasi dari Sunda Wiwitan ke Islam ini sangat jelas jika kita melihatnya pada; Pertama, Pemaknaan Religiusitas Ragam Gerak. Tari ritual Dodod dapat kita temukan jenis gerak pokok, gerak peralihan dan gerak penghubung. Ketiga gerak ini dapat dihubungkan menjadi gerak abstrak dan imitatif. Ragam ini merupakan gambaran totem dari gerak hewan dan dianggap memiliki kekuatan supranatural. Oleh karenanya, ragam gerak ini hanya boleh dilakukan oleh orang yang ditunjuk langsung pewaris seni tari. Gerak imitatif adalah penuruan gerak keseharian masyarakat seperti aktivitas dalam melaut, menjaring ikan, berburu, becocok tanam (tani), katanya Upaya merekontruksi dan revitasilasi seni Dodod yang terkesan jauh dari Islam, maka yang dilakukan masyarakat, seniman, ulama terhadap gerak seni Dodod ini dapat dianalisis dengan Al-Quran pada surat Al-Imran ayat 19; Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata "Ya. Tuhan kami tidaklah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci engkau, maka periharalah kami dari siksa neraka," ujarnya Kedua, Pemaknaan Religiusitas Kostum. Pada waktu seni Dodod tampil dengan memakai busan yang tidak menutup aurat dan jauh dari islam, maka rias dan kostum yang digunakan pelaku (penari, pemusik) dalam seni Dodod sesuai dengan tuntunan Al-Quran Upaya rekontruksi dan revitalisasinya dapat dianalisis dari al-Quran surat Al-Araaf ayat 26; "Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi aurat dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian yang paling baik ialah taqwa," katanya Ketiga, Pemaknaan Religiustitas dalam Syair atau Pantun. Pada umumnya syair yang terdapat dalam pantun yang digunakan pada seni Dodod mengisahkan cerita masa lalu tentang raja-raja atau para putri keturunan raja, seperti lutung kasarung, paparnya Upaya rekontruksi dan revitalisasi yang dilakukan masyarakat, seniman terhadap syair yang digunakan dalam seni Dodod hendaknya sesuai dengan konsepsi kesenimanan dan wacana estetik dalam kesusasteraan Islam, seperti dalam Al-Quan surat Asy-Syuara ayat 224-227; "Dan penyair-penyair itu diikui oleh kesesatan..tidakkah engkau melihat bahwa mereka mengemmbara dari lembah ke lembah..dan bahwasanya mereka berkata apa yang tidak mereka kerjakan..kecuali para penyair yang beriman, beramal shaleh dan selalu mengingat Allah dan mendapat kemenangan setelah terzalimi karena menjawab puisi-puisi orang-orang kafir. Dan orang-orang yang zalim kelak akan tahun ke tempat mana mereka akan kembali," katanya "Pemaknaan ekspresi nilai-nilai estetik dalam seni ritual khusnya seni Dodod di Banten Selatan hendaknya didasarkan pada kedalaman makan yang terkandung dalam penyajiannya yang berhubungan dengan religius Islami," jelasnya Bagi Yayan, Memang pemikiran khazanah keilmuan "Akan selalu terkait dengan agama dan ekonomi sebab terpaut sepanjang zaman dan erat kaitannya antara agama dan budaya karena tidak lepas dari ruang hampa," ungkapnya Problemnya, "Islam dengan Seni yang hanya terbatas pada satra keislaman, syair dan kaligrafi," paparnya Ihwal keadaan buku ini memberikan sumbangan yang sangat berarti, "Buku ini memberikan kontribusi yang berarti, rapi, terutama soal tari," katanya "Oleh karena itu, penelitian yang dibukunan ini harus mendapatkan kajian mendalam sebagai sumbangan terhadap khazanah kebudayaan nusantara, khususnya seni Dodod," ujarnya Di mata Dodi yang lebih memfokuskan pada proses perbauran tradisi setempat dengan budaya luar, "Perpaduan tradisi setempat yang tidak menginkis habis tradisi sebemunya perlu kita apresiasi," katanya Para pendahulu yang cerdas dan bijak ini, "Jangan kita berikan pemaknan proses berdakwah mereka telah selesai, tetapi masih proses dan sampai hari ini terus berlangsung. Oleh kerena itu, saking cerdas dan bijak pada pendahulu yang membawa ajaran Islam ini tidak merubah tradisi setempat. Malahan harus menbawa energi positif supaya tetap tumbuh dan berkembang. Seharusnya tugas ini terus kita kembangkan supaya dapat diterima dengan cara metode yang berbeda," tuturnya Soal jargon "Islam kudu di Sundaan. Sunda kudu di Islaman" ditentang oleh Dodi. Dalam penjelasanya, yang diperlukan itu "Islam harus diberi nuansa-nuansa Sunda, bukan dijadikan Sunda. Begitu juga Sunda harus diberikan nuansa-nuansa Islam, bukan dijadikan Islam," tambahnya "Untuk itu, tetap pada sosok Sundanya. Kesalehan ini akan memberikan efek positif terhadap penghargaan lokalitas Sunda," paparnya "Selain tidak adanya proses Islamisasi dalam segala ranah kesundaan dan diperlukan sekulerisasi dari unsur-unsur mistik dan kultus perlu dipertimbangkan supaya tidak terjadi diislamkan," tegasnya Kesan telah terjadi islamisasi pada seni Dodod ini dipertanyakan oleh Abdul Syukur, Dosen Agama Lokal Pascasarjana UIN SGD Bandung "Apakah pemasukan ayat-ayat Al-Quan terhadap pemaknaan gerak, busana dan syair ada sumbernya dari segi etnogerafinya. Atau jangan-jangan telah terjadi pemaksaan Al-Quran terhadap seni Dodod supaya terkesan Islam bukan Sunda Wiwitan lagi?" tegasnya Untuk urusan Islam yang di Sundakan dibantah oleh Mufti Muslim, Dosen Ushuluddin "Ketidak setujuan Islam di Sundakan itu, karena Sunda tidak masuk Islam. Hanya Islam yang berusaha masuk ke Sunda," jelasnya Senada dengan Mufti. Sopyan, dosen Ushuluddin mempertanyakan slogan "Sunda kudu di Islamkeun" "Bagi saya yang tidak mengetahui tradisi Sunda ungkapan keun itu seolah-oleh harus di islamkan. Padahal tidak, karena di Aceh ada ungkapan Aceh keuneubah éndatu," katanya Kritikan serupa dilontarkan oleh Abdu Rozak, Guru Besar Pemikiran dalam Islam menuturkan "Kalau saya yang menguji Disertasi ini akan tidak saya luluskan karena tidak jelas metodologinya," cetusnya Baginya, "Kuat memesukan unsur keislama dalam tradisi seni Dodot ini hanya sebagai pembenaran semata supaya tidak terkesan Sunda Wiwitan tetapi Islam. Sama halnya dengan hasil penelitian saya di Ciparay. Mereka sangat dengan dengan nuansa keislam. Akan tetapi jika kita tanya apakah ini Islam. Jawabnya tidak," jelasnya "Akan tetapi dalam hasil penelitian saudara, malah sebaliknya. Seakan-akan terkesan semuanya Islami," tambahnya Pertanyaan senada diungkapkan oleh Dodi, "Pada saat didekontruksi seni Dodot yang kuat Sunda Wiwitan dan kemudian ada rekontruksi dengan memasukan unsur-unsur Islam. Jangan-jangan setelah anda selesai meneliti. Mereka malah kembali terhadap tadisi sebelumnya bukan ke Islam," keluhnya Keluhan tentang dekontruksi dan rekontruksi dari kuatnya unsur Sunda Wiwitan pada seni Dodot tempo dulu ke Islam diutarakan Lislis, mahasiswa Religious Studies Program Pascasarjana UIN SGD Bandung, "Saya tidak menemukan model dekontruksi dan rekontruksi pada seni Dodod ini yang kuat Sunda Wiwitan. Justru yang ada semacam pemaksaaan yang terkesan harus diislamkan dengan melihat busana yang tadinya pendek dan tidak menutup aurat ditidakbolehkan dan memakai pakian panjang serta menutup aurat seperti yang dianjurkan ajaran Islam," paparnya Pada saat proses menyimpan padi dipertanyakan oleh Adam mahasiswa Aqidah Filsafat "Kalaulah tidak ada perbedaan anatra beras yang tidak dilakukan proses ritual dengan memasukan unsur Islamnya. Apa bedanya dengan baras atau padi dari Thailand?," cetusnya Lemahnya metodologi antropologi pada penelitiannya diakui, A. Darun Setiadi, Ketua PIKI, "Kami sangat mengapresiasi atas sumbangan terbesar dari hasil penelitian ini terutama pada hak cipta budaya nusantara yang sangat menghargai kearifan lokal supaya tidak dicaplok oleh negara-negara lain. Kebudayaan lahat memeng terjadi pada diri kita. Setelah kebudayaan Indonesia diakui dan dihak patenkan oleh Malayasi baru kita marah," katanya Kendati dipertanyakan oleh civitas akademika UIN SGD Bandung. Muhtar Sholihin, Dekan Fakultas Ushuluddin memberikan harapan "Kami sangat mengapresiasi buku ini. Mudah-mudahan wacana ini dapat memberikan pencerahan. Salah satu potrek budaya lokal yang sangat akomodatif terhadap Islam," katanya "Kalau pun pelakuknya memang orang-orang muslim bukan berarti menjadi Islam. Oleh karena itu kita tidak bisa menafsirkan terhadap seni Dodod ini untuk dimasukan ke tataran tauhid, karena semuanya akan dianggap jauh dari Islam. Padahal ini kajian budaya," harapnya [Ibn Ghifarie]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H