Lihat ke Halaman Asli

Ayo Ngeblog Mari Bersikap

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Ketika ruang beropini di media arus utama masih sulit ditembus, www.sunangunungdjati.com sengaja dibuka untuk menghimpun suara para mahasiswa bloger. Amin R Iskandar Agung T Wibawa SEMBILAN orang mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung kini mengelola rumah gagasan di dunir maya bertajuk Marcamaya. Mereka Ibn Ghifarie, Sukron Abdilah, Badru Tamam Mifka, Dudi Rustandi, Zarin Givarian, Akhmad Mikail, Reza Sukma Nugraha, Amin R Iskandar, dan Jajang Badruzaman, anggota tim pengelola yang beralamatkan di situswww.sunanguniingdjati.com. Tanpa unsur kesengajaan, jumlah mereka sama dengan anggota para legenda penyebar ajaran Islam, Wali Sanga, selaras dengan nama web yang digunakan, Sunan Gunung Djati, salah seorang wali. Mereka berharap mewarisi kegigihan Wali Sanga yang setia menabur gagasan sekalipun aral melintang kerap menghadang. Satu hal yang perlu jadi catatan, meski identik dengan UIN Bandung yang pada masa lalu dikenal sebagai Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung Djati, nama dan pengelola situs dating tersebut sama sekali bukan situs milik kampus. Tidak sedikit pembaca mengira situs itu resmi milik kampus. Situs tersebut independen dan terbuka bagi para jurnalis secara umum, dari dulu hingga kini. Pengelolanya para sarjana dan mahasiswa UIN Bandung. Situs sunangunung-djati.com terbentuk dua bulan pascape-netapan Hari Bloger Nasional, beroperasi pada 27 Desember 2007. Cukup banyak alasan yang melatar belakangi web itu. Seperti diungkapkan Ibn Ghifarie yang akrab dipanggil Buleud, yang bertugas jadi pimpinan umum, banyak orang datang menanyakan trik menulis ke media massa, karena berkali-kali tulisan mereka tak tembus. Dengan demikian, setiap gagasan yang tidak layak muat di media cetak, tidak menumpuk di meja saja. Tapi tetap bisa sampai ke muka publik dengan luas, tanpa batas. Alasan lain dan paling mendasar, seperti disampaikan Sukron, kian tergesernya era media cetak ke digital seperti online. Kian lama menjelma bak rak digital tanpa batas sehingga bertaburnya mahasiswa yang mengelola blog pribadi mereka. Ketimbang tercecer dalam individualitas nge-blog, lebih baik dihimpun jadi komunitas bloger yang kuat dan lebih bermanfaat. Tak mudah mengelola situs dengan biaya swadaya untuk langsung mengudara dengan lancar dan mendapat apresiasi publik. Tak cukup bermodalkan semangat dan produktivitas menulis. Selama perjalanan hingga dua tahun ini, beberapa kali sunangunungdjati.com berpindah rumah. Berawal dari wwiv. sunttiigunutigdjati.multiply.com, pindah ke umno.siiiinngiinnngdjali.wordpress.com, kemudian berganti lagi menjadi untno. blog-uinsgd.blogspot.com. "Memanfaatkan layanan internet gratisan," ungkap Sukron. Hingga akhirnya, mulai tanggal 9 Februari 2009, menetap di immv.sunangunungdjati.com dengan biaya masih swadaya. Sunnngiinungdjati.com perlahan eksis dan mendapat apresiasi publik. Setidaknya, setelah dua tahun, kini sebanyak 58 bloger dari berbagai kalangan telah bergabung. Web itu mampu mem-posting dua judul tulisan per harinya. Satu tulisan dari kontributor tetap disebut warga SGD, dan satu lagi dari penulis lepas umum. "Kini situs ini jadi wahana diskusi dan ruang kuliah berisi gagasan mencerahkan, demokratis, konstruktif," ungkap Sukron Abdillah, sang pemred. Di situs tersebut pembaca bisa menemukan gagasan mengenai keutamaan ngeblog, isu gender, filsafat, kesundaan, teologi, pers, dan gagasan lain dari para penulis yang kompeten. Tidak hanya menerima artikel, tapi juga cerpen, re-sensi, dan profil. Semboyan kami, ayo ngeblog ayo berkarya. Dalam ikhtiar melebarkan sayap, selain merangkul para bloger independen, tim kami kerap menjajaki hubungan dengan media lain, baik online seperti Harian Online Kabar Indonesia (HOKI) dan Kompasiana, media cetak seperti Bandung Ekspres, maupun penerbitan buku seperti Juxtapose, Yogyakarta. "Dalam waktu dekat, kami akan mengadakan sekolah menulis. Ada pun mekanismenya, dalam waktu enam bulan terdiri dari 14 pertemuan, empat kali tatap muka dan sisanya secara online," tukas Ibn Ghifarie. (M-2) muda media mediaindonesia.com [Media Indonesia, Minggu 7 Maret 2010]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline