Lihat ke Halaman Asli

Tubuh Kartini

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sunan Gunung Djati-Beberapa malam yang lalu tanpa sengaja saya menemukan CD lama filem Kartini yang diperankan oleh Yeni Rachman pada tahun 1982.

Setelah menonton CD tersebut yang membuat pertanyaan buat saya bukan perjuangan Kartini ataupun bagaimana budaya yang begitu feodal menindas rakyat kecil dan perempuan.

Justru pertanyaan yang muncul dalam benak saya adalah kenapa kok tubuh Yeni Rachman yang begitu sintal dan cantik  saat ini terlihat sangat jauh berbeda? Kenapa pertanyaan tentang tubuh Yeni Rachman yang mengusik benak saya?

Tubuh perempuan merupakan topic menarik untuk diperbincangkan. Karena tubuh perempuan inilah berjuta-juta karya dihasilkan. Media cetak dan elektronik terus menerus mewacanakan tubuh perempuan yang cantik, menarik dan diinginkan lelaki di dalam masyarakat. Wacana tentang tubuh perempuan cantik saat ini adalah yang berkulit putih, berpayudara besar, tidak kurus kerempeng tapi sintal. Wacana ini mungkin mengendap di alam bawah sadar saya sehingga pertanyaan tentang tubuh Yeni Rachman lah yang mengusik benak ini.

Representasi tentang tubuh perempuan ideal yang diwacanakan terus menerus ini pada akhirnya menjadi ideology ‘cantik putih’. Ideology inilah yang mempengaruhi pandangan dan prilaku masyarakat untuk menjadi objek. Bagi perempuan yang tidak memiliki kriteria pelaku wacana ‘cantik putih’, dia akan tereksklusi dari wacana tersebut. Idiologi cantik putih ini sebenarnya sangat mengandung idiologi rasisme. Kulit sawo matang yang dimiliki sebagian besar perempuan Indonesia menjadi “the other”. Idiologi Barat pun menjadi acuan, ras Kaukasoid yang putih adalah cantik, yang normal. Sedangkan kulit berwarna termasuk sawo matang tidak  normal dan tidak cantik.

Wacana sebenarnya tidak membentuk kelas antara dominan dan marginal tetapi setiap wacana bermain secara strategis berdasarkan kepentingan tertentu yang membawa beragam ideologi kata Foucault menjelaskan. Kepentingan Ideologis kapitalis terus mempropagandakan ideology cantik putih ini. Untuk apa mereka terus mempropagandakan hal tersebut? Tentunya untuk tujuan uang dan kekuasaan penundukan Barat atas Timur.  Wacana ini tanpa sadar memasuki kepala tiap orang termasuk saya. Pada ahirnya banyak perempuan di negri ini yang merasa resah dengan kondisi warna kulitnya dan menguras kantong mereka hanya untuk memenuhi kepentingan para kapitalis.

Kembali saya termenung memangnya kenapa dengan tubuh perempuan yang seperti Yeni Rachman saat ini? Toh Oprah Winfrey pun tetap berprestasi, berkualitas dan menjalani hidupnya dengan bahagia tanpa memasuki wacana ‘cantik putih’ seperti yang saat ini banyak dipropagandakan media.  Banyak pula perempuan-perempuan hebat yang menikmati tubuhnya sebagai miliknya. Bukan milik publik, bukan milik media juga bukan milik Negara. [NENG HANNAH, Pengasuh Kolom Gender Sunan Gunung Djati yang terbit setiap hari Selasa]

Blue Diamond  31 Januari 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline