Lihat ke Halaman Asli

Membongkar ”Al-Quran Suci”

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sunan Gunung Djati-Tufatul Maulidia (20) atau Lidia alias Ifet adalah mahasiswi Akademi Analis Kesehatan An Naser, Sumber, Cirebon. Gadis Desa Mertapada Kulon Astanajapura Cirebon ini pergi dari rumah sejak 13 Agustus 2007 silam.

Ia diduga bergabung bersama kelompoknya. Terakhir ia masih sempat mengirimkan SMS ucapan selamat Idulfitri kepada keluarganya, namun sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (”PR”, Jumat, 5/10).Achriani Yulvie (19) adalah mahasiswi Politeknik Pajajaran ”Insan Cinta Bangsa” Bandung. Dia tidak pulang sejak 9 September 2007. Setelah dilaporkan kepada polisi, keluarganya malah mendapat ancaman teror berupa telefon gelap mengatasnamakan Kapolres Karawang (”PR”, 7/10). Dan terakhir, Ria Riani (22), karyawati Pabrik Tekstil Kahatex yang menghilang sejak 9 Oktober 2007. Gadis Majalengka ini pun raib tanpa diketahui kabarnya (”PR”, 22/10).

Ketiga kasus di atas mengarah kepada gerakan ”Alquran Suci” yang pusat kegiatannya belum diketahui sampai sekarang. MUI Jawa Barat belum menyatakan aliran ini sesat, karena kesulitan dalam melacak keberadaan gerakan underground tersebut. Yang menjadi pertanyaan, mengapa orang-orang yang hilang itu para gadis? Kemudian mengapa para gadis tersebut memilih untuk berkumpul dengan kelompoknya dibandingkan dengan keluarganya? Dan apa sebenarnya yang diinginkan oleh kelompok tersebut?

Hal inilah yang kemudian memicu keresahan di masyarakat. Bukan hanya keluarga korban yang resah akan keselamatan anaknya yang hilang, setiap keluarga yang memiliki anak gadis juga memiliki kekhawatiran yang sama. Apalagi ada kemungkinan, jumlah gadis yang menjadi korban lebih banyak lagi.

Modus operandi

Aliran keagamaan yang gerakannya seperti ”Alquran Suci” ini pernah menggegerkan Bandung. Saat itu banyak orang tua yang melaporkan anaknya hilang atau sikapnya berubah secara drastis setelah masuk kelompok tertentu. Masjid Salman ITB saat itu menjadi pusat penerimaan laporan orang yang terjebak kelompok tersebut. Tidak kurang seratus orang yang melapor atau dilaporkan oleh orang tuanya.

Modus operandi dari kelompok tersebut biasanya berawal dari doktrin diharuskannya calon anggota kelompok untuk ”hijrah” dengan membayar sejumlah uang. Doktrin ini kemudian mengharuskan mereka menutupi identitas keanggotaannya. Pembayaran sejumlah uang ini kemudian melebar menjadi kewajiban menyetor sejumlah uang yang ditargetkan setiap bulannya. Setiap anggota mendapat kewajiban untuk menyerahkan uang sesuai dengan tingkatannya dalam kelompok tersebut mulai dari puluhan ribu sampai jutaan rupiah.

Bila mereka tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut pada satu bulan tertentu, maka kewajiban itu diakumulasikan pada bulan berikutnya. Sebenarnya mereka sendiri tidak mengetahui ke mana dan untuk apa uang itu digunakan. Dengan indoktrinasi yang sangat ketat mereka kemudian tidak berani mempertanyakannya.

Dengan semakin bertambahnya kewajiban menyetor uang, akhirnya untuk memenuhi kewajiban itu mereka menggunakan berbagai macam cara, termasuk mencuri uang orang tua. Lambat laun orang tua mereka curiga dan akhirnya mengetahui keterlibatannya dalam kelompok tersebut. Karena sudah diketahui identitasnya, mereka kemudian meninggalkan rumah dan tidak pernah memberi kabar lagi.

Kemudian beberapa orang ada yang mulai menyadari kesalahannya bergabung dalam kelompok tersebut. Namun para pemimpin kelompok itu tidak sudi kehilangan sumber pendapatannya. Mereka menghalang-halangi, bahkan sampai melakukan teror atau intimidasi psikologis, seperti mengancam akan membunuh.

Anggota yang tidak kuat secara psikologis, tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka ingin keluar tapi takut. Bila mereka tetap di dalam, mereka tidak nyaman. Akhirnya mereka terjebak di dalamnya. Kondisi seperti ini banyak dialami terutama oleh gadis remaja yang belum banyak pengalaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline