Lihat ke Halaman Asli

Aep Kusnawan: Dari Pojok Mesjid ke Komunitas Intelektual

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sunan Gunung Djati-Setiap orang pasti memiliki pengalaman hidup masing-masing. Tidak terkecuali pengalaman para penulis. Itulah yang dirasakan Aep Kusnawan, M.Ag, penulis dan dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung.

Dalam perbincangan dengan Bandung Ekspres belum lama ini Aep mengungkapkan Ada banyak manfaat yang diperoleh saat menggeluti dunia tulis menulis.

Baginya adalah kerja intelektual yang berpahala. Dengan memberikan opini publik, masyarakat akan bertambah wawasannya sehingga terjadi transformasi sosial di berbagai ranah kehidupan.

Aep Kusnawan menekuni dunia tulis menulis sejak tahun 1991. Hingga kini, tidak kurang dari 100 tulisannya yang dimuat di berbagai media massa lokal maupun nasional. Tak hanya itu, ia juga menerbitkan buku di antaranya; Teknik Debat dalam Islam (Pustaka Setia: 2003), Berdakwah Lewat Tulisan (Mujahid Press: 2004), Ilmu Dakwah Kajian Berbagai Aspek (Pustaka Bani Quraisy: 2004), Komunikasi dan Penyiran Islam: Mengembangkan Dakwah melalui Media Mimbar, Cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital (Benang Merah Press: 2004), Doa-Doa Sukses (Dar Mizan: 2007). Sedangkan karya dalam bentuk modul diantaranya: Strategi Pengembangan Ibadah Sosial Bi Ahsab Al-Qaul (Pusdiklat: 2007) dan Strategi Pengembangan Ibadah Sosial Bi Ahsab Al-Amal (Pusdiklat: 2007).

Lebih jauh Aep mengungkapkan, karir di dunia kepenulisan itu tidak datang dengan tiba-tiba. Menulis merupakan hasil kerja kerasnya selama menjadi mahasiswa dalam memanfaatkan wadah berupa komunitas yang konsentrasi di dunia kepenulisan.

Tepatnya 9 Agustus 1991, lima orang generasi muda Islam IAIN (sekarang UIN) Sunan Gunung Djati Bandung berkumpul di masjid kampus sebagai kelompok sebuah diskusi.

Dari kebiasaan diskusi tersebut kemudian lahir gagasan membentuk komunitas penulisan yang nantinya dinamani Kelompok Pengkajian Ash-Shiddiq Bandung (KPAB).

Di usianya yang sudah mencapai 9 tahun, jumlah anggota Kelompok Pengajian As-Shidiq itu terus bertambah.

Dari yang awal hanya lima orang saat ini komunitas itu telah memiliki sedikitnya 35 mahasiswa yang produktif dalm menulis. Salah satu alumni Ash-Shiddiq yang kini berhasil Toha Nashruddin, lebih dikenal dengan nama pena Abu Al-Ghifari. Dia telah menulis lebih dari 45 buku. Ia juga memiliki penerbitan buku; Mujahid Press, Media Qalbu dan Salsabila Press.

Tak berhenti di situ, Ash-Shidiq pun seolah tidak mau berhenti dalm menciptakan calon-calon penulis handal, Aep Kusnawan, bersama tim Ash-Shiddiq mengadakan bimbingan menulis baik via pos maupun langsung  di sekretariat. Di tahun 1996/1997 salah satu pelatihan melalui Pos bahkan pernah diikuti hampir 1000 orang dari 20 provinsi. (sgd) [Bandung Ekspres, 23 Agustus 2009]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline