Lihat ke Halaman Asli

Sunan Amiruddin D Falah

TERVERIFIKASI

Staf Administrasi

Fenomena "Cuhlep dan Lepcuh", Kembar Tak Identik yang Kerap Bikin Heboh Publik

Diperbarui: 25 Oktober 2024   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Sumber gambar: x.com/qakhoiry/@qakhoiry

Seorang teman bernama Sely pernah berkata bahwa dirinya tidak ingin punya anak dari pernikahannya nanti.  Dia tak menyukai anak-anak. Dia akan memilih bercerai jika suaminya nanti memberi dua pilihan; punya anak atau cerai. Keputusannya tidak akan berubah katanya. Itu yang Sely ungkapkan kepada saya di suatu pertemuan.

Tetapi setahun kemudian ketika saya sempat berkomunikasi dengannya pada sebuah momen. Sely mengatakan bahwa dirinya sudah menikah dan mempunyai bayi berusia enam bulan. Belum sempat saya berucap sepatah kata padanya, Sely berujar, "Ternyata prinsip manusia mudah kalah seiring berjalannya waktu". Saya langsung mengingat dan menangkap maksud di balik perkataan Sely.

Lalu belum lama ini, saat susunan kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dibentuk dan diumumkan. Publik digital dibuat heboh oleh jejak digital salah seorang tokoh yang lebih dikenal sebagai pendakwah dengan panggilan Babe Haikal, yang dilantik sebagai Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal. 

Masalahnya, dalam jejak digital yang bikin heboh publik terdapat penyampaian Babe Haikal yang dinilai bertentangan dengan kenyataan. Penyampaian bertentangan Babe Haikal pada jejak digital itu antara lain berbunyi, "...Lalat yang berkumpul di dalam sebuah bangkai lebih bagus daripada ulama yang berkumpul di depan pintu penguasa... Sampai mati oposisi siapa pun presidennya..."

Bahkan selanjutnya disebutkan pada penyampaiannya, sekali pun Prabowo presidennya akan oposisi terhadap Prabowo detik itu juga. Babe Haikal sendiri telah membuat klarifikasi terkait konten sampai mati oposisi. Bahwa oposisi yang dimaksud olehnya adalah oposisi terhadap kejahatan dan kesewenang - wenangan. 

Tetapi berbeda menurut analisa dari Refly Harun dalam kanal YouTubenya @ReflyHarunOfficial dengan mengatakan bahwa apa yang dikatakan Babe Haikal di jejak digital jelas "cetho welo-welo".

Bahwa opisisi terhadap kejahatan dan kesewenang-wenangan adalah amar ma'ruf nahi mungkar, bukan opisisi. Menurut Refly beroposisi adalah berdiri di luar pemerintahan, memasang jarak dengan kekuasaan. Kalau seseorang bagian dari pemerintahan bagaimana dirinya mendefinisikan bahwa dia oposisi? 

Di jejak digital YouTube lainnya, seorang Cak Imin atau Muhaimin Iskandar pernah ditanya dalam suatu acara Slepet Imin dijelang Pilpres 2024. Seorang perwakilan pemuda bertanya, yang inti pertanyaannya, apakah Cak Imin mau untuk tetap di posisi oposisi atau justru ikut koalisi jika kalah? 

"...Kalau kalah tentu saya siap untuk menjadi oposisi dalam rangka menjaga keseimbangan dan kontrol terhadap pemerintah...Oposisi sama mulianya dengan penguasa untuk menjadi kontrol dari pembangunan nasional". Demikian potongan jawaban Cak Imin. 

Tapi di kabinet yang disebut-sebut kabinet gemuk, nyatanya Cak Imin menerima jabatan menteri dan dilantik sebagai Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat. Di dunia maya, jejak digital sepertinya tak bisa terhapus untuk waktu yang lama. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline