Lihat ke Halaman Asli

Sunan Amiruddin D Falah

TERVERIFIKASI

Staf Administrasi

Argo Goceng, Keluh Kesah Ojol di Balik Rekomendasi Makanan Mall, Siapa Untung?

Diperbarui: 2 September 2024   17:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era serba digital ketika semua aktivitas menjadi mudah, mau apa saja tinggal sentuh melalui layar smartphone. Bahkan bagi mereka yang tidak memiliki sepeser pun duit tak ada yang sulit. 

Layar smartphone lewat layanan platform digital pinjol atau fitur paylater di berbagai platform e-commerce dan fintech merekomendasi hutang atau bayar nanti dengan tawaran instentif menggiurkan. 

Meskipun kelak pada ujungnya, insentif yang diterima sudah bisa diduga tidak akan sebanding dengan jebakan yang terindikasi ada di baliknya, banyak orang tetap terjerat. 

Parahnya, jebakan itu menyasar hingga kebutuhan perut, yang tidak lagi sekadar sebagai pemenuhan kebutuhan dasar. Begitulah alasan mengapa tidak sedikit orang di generasi topping, tertarik oleh rekomendasi makanan mall dan makanan kaki lima serta lebih memilih membelinya melalui aplikasi atau platform digital. 

Jenis makanan mall atau makanan kaki lima online, yang dianggap lezat, bergizi, kulinerable, mengandung gengsi atau gaya hidup, yang mereka saksikan melalui konten-konten kuliner, makanan viral hingga iklan-iklan dengan beragam jenis promo yang tersaji di media-media sosial. Oleh karenanya, siapa warganet tak tergiur rekomendasi makanan mall atau makanan kaki lima online?

Mulai dari jenis makanan seperti burger dari Burger King atau McD, pizza dari Pizza Hut atau Domino's Pizza, donat dari J'Co atau Kripy Kreme, ayam goreng dari KFC atau Richeese Factory. Ada jenis makanan lainnya, yang direkomendasi dari restoran-restoran terkenal di mall seperti Solaria, D'Cost, Bakso Malang Karapitan (BMK), Gokana, Yoshinoya. Lalu ada jenis minuman yang sedang tren seperti Chatime, Janji Jiwa, Starbucks serta berbagai aneka makanan viral dan lainnya.  

Manusia dengan segala kebutuhan dasar yang harus dipenuhinya, kini tidak lagi hanya sekadar memenuhi kebutuhan makan dengan asupan asal perut terisi. Tetapi melihat makanan dari aspek pemenuhan gizi, aktualisasi diri, kebutuhan sosial sampai untuk menjaga gengsi dan memenuhi gaya hidup. 

Sehingga pemenuhan kebutuhan pokok untuk makanan bagi sebagian besar orang, sekarang tidak lagi cuma sekadar mengisi perut semata. Ironinya, untuk memenuhi kebutuhan di bagian ini, sejumlah orang memaksakan diri dengan menggunakan pinjol atau paylater.

Di sisi lain, rekomendasi makanan mall yang kerap menjadi menu makan banyak orang dalam upayanya memenuhi kebutuhan yang bukan lagi sekadar dinilai sebagai kebutuhan dasar, umumnya berada di atas harga standar. Artinya, untuk bisa membeli makanan mall diperlukan kocek lebih dalam untuk dapat memenuhinya.

Harga makanan mahal asal sepadan dengan rasa, selera dan mampu memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, sosial, gengsi dan gaya hidup sepertinya sudah jadi salah satu pilihan generasi topping walaupun akan berakibat lebih besar pasak daripada tiang. Suatu pemenuhan kebutuhan dasar yang telah bertransformasi menjadi kebiasaan digital yang mampu mengalahkan menu makanan dari dapur rumah sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline