Lihat ke Halaman Asli

Sunan Amiruddin D Falah

TERVERIFIKASI

Staf Administrasi

Berpikir 'Gambling'

Diperbarui: 13 Agustus 2024   13:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Aristya Rahadian/cnbcindonesia.com

Satu lagi cara berpikir yang kini banyak diadopsi dan dilakukan oleh orang-orang di generasi topping, yaitu berpikir gambling

Gambling atau perjudian, berjudi, judi pada prinsipnya merupakan permainan yang menempatkan para pemainnya bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan, yang pemenangnya ditentukan oleh salah satu pilihan benar. 

Pemain yang kalah taruhan akan memberikan taruhannya kepada pemenang. Peraturan, jumlah taruhan dan aturan permainan umumnya telah ditentukan sebelum pertandingan dimulai. 

Berpikir gambling berarti menempatkan prinsip judi ke dalam akalbudi, yang dengannya berupaya mengambil keputusan ketika memilih cara lebih cepat untuk meraih tujuan dan mewujudkan impian. Hal ini berarti pula merujuk pada cara berpikir cuan.  

Gambling di era digital bukan sekadar bertaruh harta berupa uang atau barang, melainkan nama baik, branding, trust, karakter, harga diri, popularitas dan lainnya. Mengapa banyak orang menyukai judi tapi kemudian sejumlah orang lainnya dengan kesadaran atau tanpa disadari justru ikut mengadopsi cara berpikir gambling?

Sejak dunia dapat dipantau, dijelajahi dan dikuasai dalam genggaman melalui sebuah smartphone, maka manusia dalam konteks tertentu tidak dapat hidup tanpa smartphone. Tetapi walaupun pada kenyataannya manusia akan kehilangan segala kemudahan, keterhubungan dengan banyak orang dan kesulitan untuk berjejaring bisnis, mustahil manusia tidak mampu hidup tanpa smartphone. Toh, ketika era smartphone belum muncul, faktanya mereka bisa tiba di titik ini.

Namun yang tidak diperhitungkan oleh manusia ketika teknologi semakin cepat bertumbuh dan berkembang serta menjadi pendukung kehidupan di semua lini, adalah cara kerja otak ketika dipaksa harus beradaptasi dengan seluruh sistem yang bekerja secara otomatis. Sistem yang juga menciptakan daya tarik magis bagi manusia dengan berbagai aplikasi judi murni atau yang menyusup melalui games, robot trading, e-sports dan bentuk judi lainnya. 

Beraneka daya tarik yang sengaja dihadirkan lewat desain permainan cerdas, tampilan menggiurkan mulai dari bintang iklan atau para endorsernya, belum lagi efek visual, suara, pencahayaan dan fitur-fitur yang dibuat semenarik mungkin dan dirancang atau diciptakan untuk membuat orang betah berlama-lama di dalamnya, bertaruh lebih sering, lebih banyak hingga melebihi batas kemampuan yang mereka miliki sampai kemudian seperti diketahui bahwa banyak orang sudah berhutang pada pinjol hanya untuk berjudi. Suatu ilusi digital magnetis yang dimunculkan untuk memanipulasi dan melumpuhkan cara kerja otak. 

Ilusi digital magnetis, yang dalam bahasa para ilmuwan dijelaskan sebagai temuan bahwa mereka yang memiliki gangguan perjudian atau penggunaan narkoba mengalami peningkatan konektivitas ke sistem penghargaan dan penurunan aktivitas di korteks prefrontal. Berkurangnya aktivitas di korteks prefrontal juga dapat menjelaskan mengapa mereka yang menderita gangguan perjudian cenderung lebih kesulitan mengendalikan impuls dibandingkan orang lain.  

Perbedaan fungsi korteks prefontal dapat menyebabkan penderita dan kecanduan judi lebih kesulitan saat membuat keputusan tentang imbalan langsung versus konsekuensi. Kebanyakan orang yang rentan terhadap kecanduan memiliki sistem penghargaan otak yang kurang aktif. Dengan kata lain, ilusi digital magnetis telah bekerja memengaruh otak pelakunya.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline