Program makan siang gratis yang diusung oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, pada penerapannya akan diubah menjadi program makan bergizi gratis atau sarapan bergizi gratis. Perubahan tersebut bukan tanpa alasan.
Selain waktu yang diubah, dikatakan bahwa makan bergizi gratis adalah istilah yang lebih tepat untuk digunakan pada program makan gratis. Sebab siswa sekolah dasar (anak-anak Indonesia) lebih membutuhkan asupan bernutrisi di pagi hari. Perubahan pemberian makan siang gratis menjadi makan bergizi gratis yang ditujukan untuk seluruh anak Indonesia termasuk yang masih dalam kandungan ibunya adalah agar mereka semua mendapatkan makanan sehat dan bergizi.
Kriteria makanan sehat bergizi menurut telemed.ihc.id yaitu makanan yang memiliki nilai gizi seimbang dan mengandung nilai gizi esensial tubuh seperti vitamin, mineral, karbohidrat, protein, lemak,kalsium, serat dan air. Pola makanan yang sehat tidak perlu menghilangkan makanan yang disukai ataupun makanan tertentu dari program diet.
Pengertian itu memberikan arahan bahwa pola makanan sehat adalah makanan yang tetap memiliki nilai gizi dan mengandung nilai gizi yang tidak rusak ketika dikonsumsi. Lantas pola makanan sehat bagaimana yang tetap memiliki nilai gizi seimbang dan mengandung nilai gizi yang tidak rusak ketika dikonsumsi?
Pola makan sehat bermanfaat yang bukan sekadar makan bergizi gratis, ingin mengkomunikasikan tentang apa yang disebut sebagai makanan bergizi yang akan diberikan kepada seluruh anak Indonesia dan ibu hamil secara gratis di sarapan pagi, seharusnya dipastikan masih memiliki nilai gizi seimbang dan nilai kandungan gizi esensial saat dikonsumsi.
Kemudian untuk memastikan makanan yang akan disajikan tidak rusak keseimbangan dan kandungan nilai gizinya, diperlukan pola makan sehat yang dapat menjamin makanan yang dikonsumsi oleh penerima program makan bergizi gratis nantinya, tetap memiliki nilai gizi seimbang dan nilai kandungan gizi yang tidak rusak. Maka semestinya, pola makan sehat dan bergizi yang tepat digunakan untuk pemberian makan bergizi gratis harusnya merujuk pada pola makan "Eating Clean" atau makan bersih. Lalu apa yang dimaksud dengan pola makan Eating Clean dan apakah bisa diterapkan pada program makan bergizi atau sarapan gratis?
Berdasarkan buku "Eating Clean for Dummies", yang terdapat dalam buku Eating Clean 20 Langkah Mudah Membiasakan Makan Sehat karya Inge Tumiwa-Bachrens, pola makan Eating Clean adalah pola makan yang mengonsumsi makanan yang paling alami dan tidak banyak diproses (makanan olahan), yaitu sedapat mungkin makanan yang berada di rantai makanan paling bawah. Pengertian itu hendak mengatakan bahwa dengan mengonsumsi makanan dalam bentuk yang paling alami, maka secara otomatis asupan vitamin, mineral, karbohidrat, protein, lemak, kalsium, serat dan air akan tetap terjaga nilai keseimbangan dan esensial gizinya.
Sedang menurut Inge Tumiwa-Bachrens yang mulai menerapkan pola makan sehat dan bergizi (Eating Clean) sejak 2012 bersama keluarga, Eating Clean lebih mengarah kepada pendekatan gaya hidup terhadap makanan sehat dan pengolahannya. Tujuannya adalah untuk kesehatan secara menyeluruh, bukan sekadar untuk menurunkan berat badan (diet).
Secara sederhana Eating Clean berarti mengonsumsi bahan makanan segar, utuh dan alami melalui proses pemilihan dan pengolahan yang benar. Pola makan sehat dan bergizi ala Eating Clean lebih mengutamakan pendekatan gaya hidup terhadap makanan sehat yang berkaitan dengan pemilihan dan pengolahannya.
Oleh sebab itu, apabila pelaksanaan program makan bergizi atau sarapan bergizi gratis ingin mencapai tujuan agar tidak ada lagi anak Indonesia yang kekurangan gizi, menjadi lebih sehat dan dapat meningkatkan kemampuan belajar, diharapkan terlebih dahulu merujuk pada pola makan Eating clean ini. Sebab pola makan Eating clean tidak hanya berdampak baik pada kesehatan fisik tetapi juga pada kesehatan mental.