Generasi topping alias generasi ngonten, generasi yang dikenal serba instan dalam hal apapun, patut diwaspadai ketika seseorang mulai melakukan interaksi sosial digital berlatar perkenalanan, pertemanan, asmara, kasih sayang, percintaan atau pencarian jodoh.
Tidak dipungkiri, manusia memiliki kebutuhan sosial, kasih sayang, cinta, dan kebutuhan biologis, yang barangkali sulit didapatkan melalui dunia nyata karena memasang target atau kriteria yang juga sulit ditemukan pada kehidupan offline-nya.
Kesulitan tersebut jadi berbeda saat mereka memasuki dunia maya, semua seolah menjadi mudah. Tapi yang mereka tidak sadari adalah bahwa kemudahan tersebut seringkali ditemukan lantaran mereka yang berada di dunia maya cenderung telah melakukan manipulasi terhadap profile, profesi, jabatan, status, cerita-cerita nyata tentang dirinya, bahkan foto dirinya.
Sehingga seringkali banyak orang yang sesungguhnya memiliki niat untuk menemukan atau ditemukan pasangan demi memenuhi kebutuhannya tadi dalam konteks keseriusan atau hubungan baik-baik, justru terjebak dalam arus tipu daya. Di titik inilah bahaya mulai mengancam bagi mereka yang mudah terpengaruh oleh ilusi cinta digital.
Bagi generasi topping, kopdar alias kopi darat adalah awal dari bagian interaksi sosial digital yang dikehendaki oleh sejumlah mereka yang menjelajah dunia maya dengan tujuan mendapatkan kenalan, pertemanan, kasih sayang, asmara atau hubungan lain antara dua sejoli.
Namun awas! Kecenderungan pertemuan awal, kopdar atau first date di generasi topping kebanyakan mengarah pada ajakan check in, argumentasi ini merujuk pada banyaknya kasus pelecehan seksual, perkosaan, tipu daya atas nama cinta hingga kriminal berujung pembunuhan dengan latar belakang cinta atau relasi seks semata yang seringkali terjadi di pertemuan pertama pada tempat semacam kamar hotel.
Maka ajakan first date yang patut diwaspadai ketika akan dilaksanakan antara lain; pertama, pemilihan tempat fisrt date seperti tempat sepi, kamar kos, hotel, rumah, apartemen atau tempat-tempat tertutup lainnya. Kedua, topik obrolan dan bahasa tubuh yang dapat terbaca saat first date. Ketiga, makanan dan minuman yang bisa saja telah dibubuhi obat tidur, penenang, perangsang atau pembius pada momen first date.
Sedangkan untuk mengetahui indikasi seseorang di generasi topping begitu mudah mengajak check in pada pertemuan pertama atau first date adalah dengan mengamati rekam jejak interaksi sosial digitalnya.
Dapat pula dilihat berdasar hasil pengamatan berikut sejak era media sosial mulai berkembang, yaitu indikasi terhadap seseorang yang sangat mudah mengajak check in pada first date dan berpotensi menjadi penipu berkedok asmara, pelecehan, perkosaan sampai tindak kriminal, yang dapat terbaca lewat ajakan payudara asma (tetek bengek) komunikasi seks digital yang bertahap.
Mulai dari tahap pengenalan diri, pendekatan, intensitas komunikasi, perhatian, rayuan, permintaan yang tidak biasa dilakukan oleh orang yang baru kenal atau kenal sebatas media sosial hingga ke tahap ajakan payudara asma (tetek bengek) komunikasi seks digital sampai berujung ke ajakan pertemuan pertama atau first date dengan permintaan langsung check in.