Nama taichan terdengar seperti nama yang berasal dari bahasa Jepang. Karenanya, bagi orang yang pertama kali mendengar kuliner sate taichan dan belum tahu persis seperti apa bentuk, tekstur dan tampilan sate, sepertinya akan membayangkan menu sate taichan dengan aroma, bumbu dan bahan berciri khas kuliner bangsa Jepang. Bayangan itu pula yang ada di kepala saya dan istri pada awalnya sehingga membuat rasa penasaran untuk tahu dan ingin mencicip jenis kuliner sate taichan.
Tapi lucunya, sate taichan pertama kali yang saya dan istri cicip tidak terjadi karena sengaja mencari kuliner sate taichan, melainkan karena keingintahuan kami pada suasana keramaian di sebuah jalan setelah flyover permata hijau sebelah kiri setiap kami melintas di akhir pekan di jalan tersebut.
Rasa kepenasaran akan keramaian di tepi jalan itu suatu ketika kami lampiaskan pada sebuah akhir pekan dengan coba mencari dan menghampirinya dengan melalui jalan memutar. Tiba di keramaian tepi jalan tersebut, kami langsung mencari tempat parkir untuk menempatkan kendaraan motor yang saya kemudikan.
Seusai memarkir motor, kami lihat banyak orang berlalu lalang membawa piring berisi seporsi sate dan potongan lontong ke arah meja kosong. Saat kami coba mendekat dan berupaya meyakinkan diri, tampaknya keramaian di tepi jalan tersebut memang berasal dari pedagang kuliner sate, yang akhirnya kami ketahui bahwa itu adalah jenis kuliner sate yang sedang digandrungi kawula muda, yakni sate taichan.
Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui itulah yang kami alami di malam itu, rasa penasaran akan apa gerangan yang membuat ramainya tepi jalan yang seringkali kami lintasi, dan sate taichan yang selama ini sangat ingin kami cicip berada di satu tempat yang sama. Maka tak menyia-nyiakan kesempatan, kami memesan dua porsi sate taichan.
Satu porsi sate taichan yang kami pesan malam itu berisi 10 (sepuluh) tusuk sate dan sebuah lontong yang sudah di potong-potong lengkap dengan sambal yang disajikan dalam sebuah piring. Kesan kami malam itu, daging ayam sate taichan berasa juicy, rasa asam pedas lebih dominan muncul, dan potongan daging ayamnya lebih besar dari potongan daging ayam pada sate bumbu kacang yang sering kami santap.
Bagi kami ketika itu, kesan yang kami dapat adalah bahwa seporsi sate taichan yang kami makan tidak sepadan dengan harga yang kami bayar. Tentu saja pendapat kami lebih dikarenakan daya beli untuk kepantasan harga jugal seporsi sate dengan potongan lontongnya berikut suasana warung dan tempat jualnya, menurut kami setingginya pantas dijual dengan harga seporsi sate taichan berikut potongan lontongnya di angka jual Rp 25.000.
Sebab bila dibandingkan dengan seporsi sate madura (bumbu kacang lengkap dengan potongan lontong) di tempat tinggal kami saat itu, yang masih diharga jual Rp 15.000. Sedang untuk seporsi sate taichan berikut potongan lontong malam itu, kami membayar dengan harga Rp 35.000. Di sisi lain, kami juga harus membayar biaya parkir motor sebesar Rp 5000 untuk waktu yang sebentar. Begitulah kisah sate taichan pertama yang kami santap. Lantas siapa pemberi nama sate taichan dan siapa yang menjual sate taichan pertama kali?
Konon kabarnya di sekira tahun 2016, ada satu jenis sate yang baru masuk ke dalam rumpun kuliner sate nusantara. Beragam jenis kuliner sate nusantara yang telah lama dikenal antara lain, sate madura, sate padang, sate banjar, sate kerang, sate kelinci, sate kuda, sate ular, sate ayam, sate sapi, sate kere, sate ambal, sate batibul, sate lilit, sate klathak, sate kuah dan lainnya, kini keluarga kuliner sate bertambah satu. Yaitu sate taichan, satu-satunya sate nusantara yang namanya tidak terdengar nusantara. Lalu dari mana asal sate taichan?
Cerita tentang sate taichan datang dari sebuah warung sate kaki lima pinggir jalan di wilayah Senayan atau Gelora Bung Karno. "Pertamanya ada pasangan laki-laki orang Jepang yang perempuan orang kita (Indonesia), masih ingat saya nama perempuannya Inet. Laki-lakinya itu mau bikin sate sendiri. Dia kasih garam ke dagingnya sama jeruk (nipis) dan sambal. Terus saya tanya, 'ini sate apa namanya'? kata orangnya taichan!," cerita Amir pada Kompas Travel, Rabu (4/1/2017).