Penggunaan seragam sekolah seharusnya tidak perlu dihapus, diubah atau diganti karena melalui atribut seragam sekolah identitas siswa-siswi dapat dikenali sebagai pembeda dari setiap sekolah.
Selain itu, seragam sekolah bisa juga menjadi pembeda dari setiap jenjang pendidikan mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas/Umum (SMA/SMU).
Pembeda itu kemudian dapat jadi petunjuk bagi para pemangku pendidikan dan masyarakat secara keseluruhan dalam menyikapi atau merespon siswa-siswi yang kedapatan berulah atau memiliki masalah di luar sekolah terutama pada jam belajar atau kedapatan masih kelayapan di luar rumah dengan seragam di luar jam sekolah.
Selama ini, penggunaan seragam sekolah di luar jam pelajaran sekolah di luar lingkungan sekolah atau di luar jam belajar tapi keberadaan pelajar masih tampak di luar rumah, telah turut dipantau atau diawasi oleh para pemangku pendidikan dan masyarakat umum.
Oleh karenanya, bila seragam sekolah dihapus, diubah atau diganti, terlebih dengan seragam yang tidak menunjukkan identitas pelajar sekolah, maka keikutsertaan para pemangku pendidikan dan masyarakat dalam membantu mengawasi atau memantau untuk menyikapi atau merespon pelajar atau siswa-siswi di luar sekolah pada jam belajar atau di luar jam sekolah tapi masih kelihatan di luar rumah dengan seragam sekolahnya--terkendala oleh pakaian yang tidak bisa lagi teridentifikasi.
Salah satu isu penghapusan, perubahan atau pergantian atas penggunaan seragam sekolah diduga akibat dari mahalnya seragam sekolah karena banyak orangtua merasa terbebani dengan mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk seragam sekolah.
Tetapi penghapusan, perubahan atau pergantian seragam sekolah ke pakaian bebas untuk merujuk pada pakaian sehari-hari yang bisa digunakan sebagai seragam sekolah demi menghemat pengeluaran biaya tambahan seragam sekolah, ibarat polisi yang tengah menyamar, bertugas atau berdinas tanpa seragam kepolisian dan disebut sebagai polisi berpakaian preman.
Entah siapa, sejak kapan dan bagaimana cara mengetahui seorang polisi yang sedang bertugas atau berdinas tanpa seragam kepolisian diidentifikasi sebagai polisi berpakaian preman?
Kata preman itu sendiri diartikan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang kerap mempraktikkan intimidasi, kekerasan, pemerasan kepada orang lain untuk mendapatkan keuntungan ekonomi. Sementara makna tersebut tidak sedikitpun menyinggung jenis pakaian yang dikenakan.
Bukankah yang identik dengan sebutan preman bisa memakai jenis pakaian apa saja, tidak terfokus pada jenis pakaian tertentu apalagi berseragam.