Lihat ke Halaman Asli

Sunan Amiruddin D Falah

TERVERIFIKASI

Staf Administrasi

Melintas Batas Perbedaan Usia Pernikahan di Generasi Topping

Diperbarui: 14 Maret 2024   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: pxfuel/forbes/kompas.com

Seringkali usia menjadi poin soalan bagi setiap individu dan/atau pasangan, juga orang-orang terdekat yang berada di sekelilingnya, untuk individu atau pasangan tersebut memutuskan atau menunda menikah. 

Kadang konsep manusia itu membingungkan, menikah cepat dinilai tidak tepat, menunda menikah jadi masalah, lambat menikah usia calon jadi perdebatan. 

Secara umum diketahui bahwa sensitivitas sebagian besar orang akan aktif ketika mendapat salah satu pertanyaan berikut: Usia berapa? Kapan menikah? Kapan punya anak? 

Ketiga pertanyaan yang  bisa membangkitkan sensitivitas setiap orang itu, merupakan pertanyaan sensitif untuk dijawab sebab dibalik ketiga pertanyaan terkandung peristiwa atau pengalaman hidup yang pahit dari masing-masing orang yang tidak pernah diketahui orang lain, dan bisa mengembalikan ingatan atau bahkan trauma masa lalu. 

Pada usia berapa sebenarnya seorang laki-laki atau perempuan tepat untuk memutuskan menikah? Jika merujuk pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), usia 25 tahun bagi laki-laki dan usia 20-21 tahun bagi wanita adalah usia ideal untuk menikah.      

Tetapi idealisme termasuk idealisme usia pernikahan, tentu saja bukan alasan yang tepat untuk melangsungkan pernikahan. Sementara dari perspektif agama, pernikahan dapat terjadi atas satu dari tiga ketentuan atau ketetapan (takdir) Tuhan, yaitu jodoh, rezeki dan maut. 

Maka tak bisa dipungkiri bahwa menunda menikah, selain karena alasan-alasan logis yang membuat penundaan itu terjadi, adalah bagian dari takdir Tuhan atas keputusan (usaha) manusianya sendiri. 

Faktanya, pernikahan bisa terjadi karena cinta atau komitmen (kesepakatan bersama), dijodohkan (bersepakat atas sesuatu), terpaksa (sebab suatu peristiwa atau perjodohan), memaksa diri (kesepakatan atas janji atau gambaran keuntungan yang akan diterima dari pasangannya), dan ikhlas atau pasrah (menerima takdir). 

Namun apapun yang menyebabkan suatu pernikahan terjadi, pada akhirnya akan disebut sebagai takdir. Simpulan akhir inilah yang lalu menjadi dasar mengapa ada pernikahan usia dini, nikah kontrak, pernikahan beda usia (generasi), pernikahan poligami, menunda pernikahan hingga memilih tidak menikah. 

Dalam kesempatan ini, melintas batas perbedaan usia pernikahan di generasi topping mengacu pada bahasan pernikahan beda usia (generasi) yang terjadi. Pada berbagai kasus pernikahan viral beda generasi, memang tidak secara otomatis bahwa pasangan-pasangan tersebut masuk ke dalam generasi topping, sebab untuk mengetahuinya perlu dikaji terlebih dahulu pasangan menikah beda geneasi itu bertemu atau kenal di mana. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline