Gibran Maju Cawapres dan berpasangan dengan capres Prabowo Subianto. Pengumuman Gibran Rakabuming sebagai bakal cawapres yang diumumkan oleh Prabowo Subianto akhirnya melengkapi 2 (dua) pasangan capres cawapres yang sudah terlebih dahulu diumumkan, serta mengakhiri sesi politik tebak capres cawapres 2024 yang akan maju di pilpres.
Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin), Ginanjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming adalah 3 (tiga) pasangan capres cawapres yang akan bertarung di pilpres 2024. Dari ketiga pasangan calon, 2 (dua) calon diwakili generasi baby boomer, 3 (tiga) calon datang dari generasi X, dan 1 (satu) calon berasal dari generasi milenial atau gen Y.
Bila mencermati dari generasi mana asal-usul salah satu sosok calon yang mewakili generasi milenial atau gen Y dalam batasan usia, sebenarnya usia calon tidak muda-muda amat. Sebuah penelitian terbaru menyebutkan seseorang berhenti jadi muda di usia 35. Beberapa literatur lain menunjukkan bahwa usia 36 tahun masuk kategori rentang usia 35-44 dan disebut usia paruh baya.
Berdasarkan informasi tersebut, pencalonan generasi milenial atau gen Y yang diwakili oleh Gibran Rakabuming seharusnya tak memunculkan narasi politik kaum muda sebab Gibran sudah tak lagi muda. Apalagi jika sampai menyebut 'Gibran cuma bocah'.
Namun sesungguhnya yang jadi soal bukanlah usia, melainkan putusan MK yang menolak gugatan perubahan syarat usia capres cawapres tapi dengan kalimat tambahan pernah atau sedang menduduki jabatan yang dipilih melalui pemilihan umum termasuk pemilihan kepala daerah, sehingga tetap bisa melenggangkan Girbran maju cawapres. Terlebih ketika diketahui Ketua MK yang melakukan putusan masih terbilang kerabat.
Sejak putusan itu, muncul polemik sampai dugaan lahirnya politik dinasti dalam pusara politik jelang pilpres 2024. Terkait dugaan tersebut ada sebuah tanya yang mestinya berani dan berkenan dijawab secara bijak berkenaan dengan syarat batas usia atas putusan MK jika ingin menepisnya, "Mengapa tidak dilakukan sejak dulu lewat legislatif review?"
Bagi sebagian masyarakat, faktor usia dan dugaan politik dinasti tidak dilihat sebagai akar masalah lantaran usia 36 tidak tergolong muda lagi dan dugaan politik dinasti dapat dibantah dengan 'regenerasi'. Tetapi apakah perjalanan politik seorang Gibran Rakabuming telah membentuk mental politik yang tangguh dan solid? Apakah 2 (tahun) menjabat sebagai Wali Kota Solo sudah bisa disebut berpengalaman atau berprestasi?
Menyaksikan dunia politik dalam menghadapi pilpres 2024 saya malah teringat dengan fenomena jajanan kaki lima tahu bulat yang sempat booming di sekira tahun 2015-an. Kala itu di setiap pelosok daerah dan jalan-jalan kota, nyaris tidak ada tepian jalan tanpa pemandangan mobil bak terbuka beratap terpal yang mengangkut kompor, wajan besar dan box container penyimpan tahu siap goreng , yang menjajakan tahu bulat dengan cara unik.
Siapa yang tak kenal suara rekaman yang diulang-ulang oleh penjual, yang menjual produk tahu bulatnya secara sistematis melalui kelompok-kelompok yang tersebar di lokasi-lokasi strategis kala itu. Rekaman suara khas pemasaran tahu bulat yang masih diingat oleh banyak masyarakat konsumen hingga kini, "Tahu bulat, digoreng dadakan, lima ratusan, gurih-gurih enyoi"
Tetapi apa hebatnya tahu bulat dibanding tahu jeletot, tahu gejrot, tahu berontak, tahu pletok, tahu aci, tahu bakso, tahu intip, kembang tahu atau camilan lain berbahan dasar tahu yang sudah lebih dulu eksis? Di banding tahu lainnya, tahu bulat cuma menawarkan rasa gurih, rasa yang sama seperti rasa yang ditawarkan tahu goreng pada umumnya yang berbentuk dadu.