Virvi tampak sedang asyik di depan layar monitor di kamar tidurnya. Bagian bola matanya tertutup tapi terlihat keren dalam balutan oculus VR-nya, dan kedua lengannya yang terbungkus sarung tangan manus VR glove tampak seperti sepasang tangan robot.
Sementara di layar monitornya terlihat avatar seorang gadis berambut pirang, bermata jeli, berparas tirus dengan tubuh proporsional tengah bercakap-cakap dengan avatar seorang pemuda. Keduanya berada di dalam sebuah kedai kopi. Gadis dan pemuda itu duduk berhadapan di depan meja yang sudah tersaji dua cangkir hot cappuccino dan sebuah piring ceper yang di atasnya terdapat empat buah roti sabit.
"Berita penting apa yang hendak kamu sampaikan, Vir?" tanya avatar pemuda berkaos polos hijau tosca.
"Aku garis dua Leo"
"Maksudmu?" sahut avatar pemuda yang disebut Leo.
"Aku testpack. Hasilnya positif"
"Hmmm. Maksudmu Vir?" tanya Leo.
"Aku hamil" sambut avatar Virvi mulai jengkel.
"Iya wajar sih. Waktu kita melakukan itu berkali-kali dari hotel virtual satu, ke hotel virtual lainnya, kan belum ada toko-toko virtual yang menjual karet pelindung... tapi sebentar deh! Memangnya sudah ada toko virtual yang menjual testpack?"
Avatar gadis berambut pirang alias Virvi sejenak diam dan tampak cemberut. Avatar gadis itu meraih cangkir kopi dan menyeruput isinya.
"Kamu tahu kan Leo? Jika seks tantra yang kita terapkan di setiap berhubungan berhasil sempurna. Kita selalu mencapai klimaks bersama. Bukan sekadar ekspresi kenikmatan yang tampil pada avatar. Kamu yang sering bilang, amazing! Ini nyata! Dahsyat!. Bahkan lebih berasa seratus kali klimaks dibanding di dunia nyata" cerocos Virvi.