Lihat ke Halaman Asli

Periuk Nasi Warisan Kasih

Diperbarui: 20 Juli 2024   19:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Periuk nasi lapuk itu bertengger di sudut dapur.Entah kenapa, ibu masih memakainya bahkan mengabadikan Periuk nasi yang dinilai biasa saja.Mavieda melamunkan benda yang terasa asing baginya.Ingin membeli yang baru dan menggantinya dengan model masa kini.Tapi, tiap kali ku singgung masalah itu, selalu terdiam dan mengacuhkan begitu saja.Sebenarnya sebagai anak hanya bisa memaklumi dan menuruti apa kata orang tua.

Pagi ini aku buru-buru ke kampus dan lupa mencuci periuk nasi .Nanti aku bilang saat pamit.

UPS! aku lupa, baru naik ojek online baru teringat benda itu.

Gawat! bisa-bisa ibu bingung mencari Periuk nasi itu, ditambah lagi benda itu menyempil di sudut meja makan.

Kecamuk batin antara ke kampus dan ke rumah berkicauan silih berganti.Belum lagi kalau kelamaan pas pulang kampus, bisa- bisa ibu tidak makan seharian.Entah kenapa sampai hari ini,  aku sebagai anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara tak mengerti jalan pikiran ibu.Arah kampus terasa lama, pikiran gamang membuatku bingung tak berkesudahan.Akhirnya aku berhenti di tepi jalan sebentar.

" Maaf Pak, bisa putar balik ada yang ketinggalan." Pintaku

" Tapi, ini sesuai aplikasi Neng," kata Pak Ojek 

" Ya sudah batalin saja, nanti aku bayar,"

" Baik Neng."

Dua puluh lima menit kemudian 

Aku tergopoh-gopoh berlari hanya karena benda itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline