Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua, Bp Christian Sohilait menargetkan penurunan buta aksara sebesar 5% dalam program kerja tahun 2024, dimana data buta aksara di Papua masih di angka 19 % dan ini menjadi pekerjaan rumah yag harus segera diselesaikan di tahun ini. Karena itu kami akan mempersiapakn Sumber Daya Manusia (SDM) guru untuk memberikan latihan baca tulis kepada anak-anak yang membutuhkannya
Program kerja kedepannya, kami akan mengatur jadwal pelajaran sekolah menjadi flexsibel seperti waktu pelatihan secara individu di rumah lebih banyak ketimbang di sekolah, artinya guru tidak bisa memberi pelatihan secara fisik di sekolah, maka harus datang mengunjungi dari rumah ke rumah, kemudian guru harus bisa memiliki waktu yang cukup dalam memberikan pelatihan baca tulis kepada anak-anak di luar jam sekolah.
Dalam kesempatan ini Mendikbud Ristek, Bp Nadiem Anwar Makarim mengatakan bahwa angka buta aksara di Indonesia masih terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional atau Susenas Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 yang lalu, persentase dan jumlah buta aksara telah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan persentasi dan jumlah buta aksara tahun 2021.
Persentasi buta aksara tahun 2019 ada 1.78 % atau sekitar 3.081.136 orang, tahu 2020 turun menjadi 1,71 % atau sekitar 2.961.060 orang. Harapan kami, di tahun 2030 yang akan datang bahwa semua pelajar, baik dewasa laki-laki maupun perempuan mencapai kemampuan baca tulis dan kemampuan berhitung yang prima.
Sebagai anggota UNESCO, Indonesia sangat mendukung program OECD, terkait literasi dengan kemampuan baca tulis.Untuk mengatasi hal tersebut ada beberapa strategi yang dilaksanakan :
- Pemberantasan buta aksara
- Meningkatkan literasi remaja khususnya anak sekolah dalam mengembangkan kurikulum pada penguasaan kompetisi dan pengusaan karakter.
- Meningkatkan kualitas pendidikan dan penguatan literasi masyarakat
- Kerjasama dan kolaborasi satuan pendidikan dengan berbagai pihak yang harus dikembangkan secara terprogram yang berkesinambungan.
Ada 3 potensi putus sekolah pada anak-anak yaitu pencapaian belajar, potensi kekerasan pada anak menjadi resiko putus sekolah, dan anak-anak usia dini dipaksa untuk bekerja. Karena itu kita harus bisa melakukan sosialisasi program kesetaraan, jangan sampai anak-anak putus sekolah.
Ada paket pendidikan yang sudah disediakan, jadi anak-anak tidak ada yang putus sekolah.
- Kita harus melakukan kegiatan kampanye pendidikan bagi anak dengan kolaborasi antara satuan pendidikan, guru dan orang tua, agar orang tua punya persepsi.
- Dunia game merupakam kesenjangan yang masih melebar antara yang diakses dengan internet dan yang tidak diakses dengan internet, karena adanya yang belu merata seperti ketersediaan listrik dan internet.
- Learning loss pada skor pisa akan menurunakan menurun sampai 21 Poin yang menyebabkan kompetensi dan produktivitasnya pada siswa tidak optimal.
Disinilah Henok Ayabmen memberikan kontribusinya untuk daerah Papua Barat dalam hal pendidikan Pemberantasan Buta Huruf, dimana sebanyak 69 sekolah di beberapa kabupaten Papua Barat mengalami penurunan dan menjadikan indikasi potensi learning loss.
Buta huruf yang dialami anak-anak Indonesia menunjukkan bahwa persoalan literasi bagi generasi penerus masih penjadi pekerjaan rumah utama, sebagai anak muda Henok Ayabmen mengambil langkah dalam hal kegiatan dengan memperkenalkan aktivitas membaca dan menulis kepada anak sejak dini. Inilah Apresiasi Astra telah memberikan Satu Indonesia Award Tahun 2023 kepada Ayub Ayabmen yang telah memberikan kepada masyarakat Papua Barat dalam bidang pendidikan pemberasasan buta Huruf.