Lihat ke Halaman Asli

Memberi Pemerdekaan Anak Melalui Dialog Ruang Ketiga

Diperbarui: 4 Juni 2024   16:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keseruan Dialog Ruang Ketiga, belajar di luar ruang kelas. Dok. UAW.

Hari ke hari tuntutan terhadap guru semakin tidak ringan. Guru tidak sekadar mengajar di kelas, menyelesaikan materi. Namun lebih dari itu, yaitu menyiapkan generasi untuk masa depan yang siap menghadapi perubahan yang dinamis. Menghadapi dunia dengan teknologi yang semakin pesat tak terbendung.

Perkembangan teknologi yang pesat bukan berarti menjadi penghambat bagi guru dalam menjalani proses Pendidikan. Namun menjadi sumber daya dukung dalam mendampingi peserta didik. Di mana teknologi tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengakses informasi yang perkembangannya begitu pesat. Dalam hitungan detik perubahan terus terjadi dan berubah-ubah.

Pun demikian, ada kekhawatiran yang menghantui guru. Sebagai pendidik yang tidak sekadar mengajarkan ilmu pengetahuan namun pula membentuk peserta didik yang berkarakter. Ada kegamangan yang terpampang nyata saat ini. Terkikisnya jiwa sosial di tengah maraknya perkembangan teknologi. Peserta didik menjadi manusia apatis. Kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Menjauh dari yang dekat dan dekat dengan yang jauh.

Keprihatinan tersebut tidak bisa dibiarkan akut. Walau mungkin dengan teknologi memudahkan banyak hal. Tapi tentunya kita tidak boleh abai dengan kondisi sosial anak didik kita. Sering kita mendengar, anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa yang depresi, bahkan mengakhiri hidupnya karena tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Berkutat dengan dirinya sendidri dan teknologi yang ada di genggamannya.

Pendidikan tentunya memiliki peran penting mencegah terjadinya krisis sosial yang terjadi pada diri generasi muda. Utamanya para pendidik dan berkolaborasi dengan orang tua, serta berbagai pihak pemerhati Pendidikan. Mengingat Pendidikan, walau berat, menjadi penyokong besar terbentuknya karakter peserta didik.

Ancaman Teknologi

Menilik perkembangan teknologi saat ini, sebut saja salah satunya, Artificial Intellegence (AI). Bagaimana teknologi ini dirancang meniru kecerdasan manusia. Termasuk kemampuan pengambilan keputusan, logika, dan karakteristik kecerdasan lainnya. Bisa dibayangkan, jika peserta didik sudah banyak menggunakan AI, orang di sekelilingnya sudah tidak berfungsi. Mungkinkah guru tak akan diakui lagi keberadaannya?

Untuk itulah sebagai pendidik, guru sudah seharusnya merevolusi dirinya untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Selalu mengupdate dan mengupgrade kompetensi dan pengetahuannya. Supaya tidak tergeser oleh kecerdasan buatan yang semakin pesat kemajuannya.

Di dalam mendidik, guru tidak hanya menyajikan informasi, melainkan mengajarkan anak didik cara memilih, menilai, dan menyaring informasi yang relevan dan benar. Menyusun metode dan strategi belajar yang bisa meningkatkan kecerdasan dan daya kritis anak didik. Sehingga anak didik mampu menggunakan logikanya dan daya berpikir serta menggunakan hati untuk dapat berkomunikasi dan mengambil keputusannya sendiri.

Dialog Ruang Ketiga

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline