Lihat ke Halaman Asli

Sudah Saatnya Guru Indonesia Move On

Diperbarui: 8 Juni 2024   17:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Ketiga Pembelajaran. (Foto: Dokumen Pribadi UAW)

Sesungguhnya guru bukanlah profesi. Mengapa demikian? Amsalnya, semua orang yang berbagi pengetahuan dan pengalaman tanpa pamrih bisa menyandang predikat guru. 

Mereka belajar dari kehidupan dan pengalamanya. Ibarat mata pisau yang selalu terasah, bukan semakin tumpul namun tajam saat dibagikan kepada banyak orang.

Lalu bagaimana dengan guru yang mengajar di suatu Lembaga Pendidikan. Sudahkan mengajar sepenuh hati, tanpa pamrih, berdasar pengalaman hidup, dan untuk kepentingan hidup anak didiknya? Satu hal yang perlu dipertanyakan dalam kondisi dunia Pendidikan di Indonesia saat ini.

Banyak orang merasa gelisah dengan dunia Pendidikan Indonesia saat ini. Di mana saat ini kurikulum bergulir sangat dinamis. Beralih dari sistem ke sistem lainnya. Bukan berarti sistem yang baru tidak bagus, namun selalu dirasa tidak mudah untuk menyesuaikan.

Saat ini, di Indonesia menerapkan Kurikulum merdeka. Sebenarnya, memiliki tujuan yang sangat bagus. Proses pembelajaran di Kurikulum Merdeka ditujukan untuk mewujudkan pembelajaran siswa yang holistik dan kontekstual. Sehingga pembelajaran semakin bermanfaat dan bermakna bagi siswa, bukan hanya sekedar hafal materi saja. 

Memiliki arah perubahan struktur kurikulum yang fleksibel, fokus pada materi yang esensial, memberikan keleluasaan kepada guru, serta adanya aplikasi yang memudahkan guru dalam menjalankan proses belajar mengajar. Menilik hal tersebut, sudahkah kurikulum merdeka dilaksanakan sebagaimana mestinya?

Penerapan Kurikulum Merdeka

Kurikulum merdeka telah diluncurkan dan dilaksanakan mulai dari tahun 2020. Kemendikbudristek, tentunya telah melakukan evaluasi atas pelaksanaannya. 

Dari hasil evaluasi yang dilakukan, hasilnya menunjukkan, masalah terbesar dalam pelaksanaan kurikulum merdeka adalah mengubah paradigma guru untuk menggunakan kurikulum merdeka. Hal tersebut diungkapkan Taufiq Damardjati, Pengembang Ahli Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek, pada kompas.com.

Jika merujuk dari hasil evaluasi di atas, guru yang menjadi garda terdepan Pendidikan, masalahnya. Namun apakah semua guru belum menjalankan proses Pendidikan yang menyenangkan seperti yang diamanatkan oleh Kurikulum Merdeka. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline