Lihat ke Halaman Asli

"Golek Apem", "Genduren Riyaya", dan "Nyekar", Tradisi Jelang Lebaran yang Mulai Hilang

Diperbarui: 13 Juni 2018   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. sangnanang.com

Hari ini Ramadhan dalam detik-detik akhir menuju kemenangan di hari lebaran. Dalam waktu 24 jam ramadhan pulang untuk kembali tahun depan. Waktu yang sempit ini benar-benar dimanfaatkan dengan baik. Ibadah dilaksanakan sepenuh hati mengharap ridho illahi.

Kebanyakan para pemudik sudah berada di kampung halaman bersama keluarga, termasuk saya. Saya telah dua hari menikmati suasana kampung tempat di mana saya dilahirkan, Semanu, Gunungkidul, DIY. Menata kembali kenangan-kenangan yang berserakan dalam pikiran saya.

Mainan sewaktu kecil saat pagi, sore, hingga malam di bulan ramadhan. Kegiatan-kegiatan yang tercatat jelas dalam memori kepala. Hingga saat ini mulai diingat-ingat kembali. Hingga muncul banyak pertanyaan, mengapa banyak kegiatan pada saat itu yang kemudian menarik saya bincangkan kembali bersama orang tua saya.

Budaya "Golek Apem"

Dalam artikel saya terdahulu pernah saya ceritakan tentang budaya "Golek Apem". Anak-anak kecil beramai-ramai mendatangi rumah-rumah untuk minta makanan kue apem. Ternyata kue apem memiliki makna filosofis yang dalam yang tak pernah terpikir sebelumnya.

okezone.com

Apem berasal dari bahasa arab afwan atau afuan yang artinya permintaan maaf. Selama ini orang berpikir bahwa membuat kue apem sekadar tradisi turun temurun yang diwariskan oleh pendahulu. Ternyata memiliki substansi pesan moral yang mendasar.

Dengan simbol kue apem menjelaskan bahwa sebagai manusia harus saling memaafkan. Memberikan maaf atas permintaan maaf orang lain dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan.

Kemudian kenapa kue apem muncul saat sehari menjelang lebaran? Sudah dipastikan hal ini merupakan pembelajaran tentang kemenangan di bulan ramadhan yang dicapai pada hari raya Idul Fitri, hari lebaran. Di mana semua orang saling bermaaf-maafan atas segala kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja.

Sedekah "Genduren Riyaya"

Saat itu pula, habis maghrib hari terakhir ramadhan, biasanya setiap rumah mengadakan "genduren riyaya". Bentuk sedekahan makanan yang dihadiri tetangga terdekat dan didoakan oleh tetua atau sesepuh atau sering disebut dengan "Mbah Kaum". Kemudian makanan tersebut dibagikan kepada sanak saudara dan tetangga.

cookpad.com

Dalam kegiatan "genduren riyaya" ini, setiap kepala keluarga membuat tumpengan nasi dan lauk beraneka macam namun sederhana. Tumpeng yang disediakan berupa nasi putih yang dibentuk kerucut, sejumlah anggota keluarga. Hal ini dimaksudkan sebagai rasa syukur seluruh anggota keluarga yang telah selesai menjalankan ibadah puasa.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline