Lihat ke Halaman Asli

Makna Filosofi "Lelagon Gundhul-gundhul Pacul"

Diperbarui: 28 Maret 2018   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gundhul-Gundhul Pacul. Sumber: liriklaguanak.com

Dulu, anak-anak di wilayah Jawa, terutama Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Madura, dan Yogyakarta mendendangkan lagu-lagu bahasa Jawa pada saat bermain-main bersama teman-temannya. Baik itu siang hari maupun malam hari, terutama saat 'padhang rembulan' yaitu saat malam bulan purnama. Lagu anak-anak yang disebut dengan istilah 'lelagon' ini merupakan lagu anak-anak yang ternyata merupakan peninggalan tokoh-tokoh jaman dahulu. Lagu yang didendangkan memiliki syair yang sederhana namun memiliki makna filosofis yang dalam dan tinggi.

Salah satu 'lelagon' tersebut berjudul Gundhul-Gundhul Pacul. Sering dinyanyikan oleh anak-anak sambil menari di halaman sambil meletakkan kedua tangannya di samping kanan kiri telinga. 'Lelagon' ini sangat familier, mungkin bagi orang di luar Jawa pun kadang kenal dan memahaminya. Syairnya begini:

 

Gundhul-gundhul pacul-cul

Gembelengan

Nyunggi-nyunggi wakul-kul

Gembelengan

Wakul glimpang

Segane dai salatar

Wakul glimpang

Segane dadi salatar

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline