Beberapa waktu lalu ada pesan dari salah satu grup WhatsApp 'mak-emak'. Isinya begini:
Ada sebuah syair yang dilengkapi dengan videonya.
Ayah bunda bacakan aku buku
Baca buku membuat aku tahu
Ayah bunda bacakan aku buku
Baca buku membuat aku pintar
..
Ayah bunda bacakan aku buku
Baca buku aku jadi berilmu
Ayo ayah bunda
Ikuti germas buku
Gerakan nasional orang tua bacakan buku
Ayo ayah bunda ikuti gernas buku
Ternyata itu adalah kampanye gerakan nasional orang tua membacakan buku untuk anak-anaknya yang akan dicanangkan 5 Mei nanti.
Saya jadi ingat bahwa sebelum ada gerakan ini sudah banyak Ayah Bunda yang melakukannya. Yaitu membacakan buku untuk anak-anaknya menjelang tidur. Biasanya cerita yang dibacakan adalah dongeng. Sebentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) yang dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar terjadi.
Bagi yang umurnya sudah cukup banyak pasti mengalami. Didongengkan cerita oleh ayah atau bundanya. Bagi yang sudah menjadi orang tua pasti juga sudah pernah mendongeng untuk anak-anaknya menjelang tidur. Benar 'kan?
Nah, ternyata dongeng ini ada hari khusus yang diperingati orang seluruh dunia. Tepatnya kemarin (20/3) diperingati sebagai Hari Dongeng Internasional. Banyak instansi-instansi seperti perpustakaan, sanggar baca mengadakan kegiatan untuk memeringatinya dengan mendongeng untuk anak usia pra sekolah dan SD. Seperti di Makassar, seperti dilansir detik.com anak-anak antusias mendengarkan dongeng dari salah satu Kakak pendongeng. Masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan di daerah-daerah lain dalam memeriahkannya.
Fenomena Dunia Anak
Saat ini dongeng sepertinya sudah jarang diperdengarkan. Orang tua sibuk bekerja hingga tak sempat bercerita pada anaknya tentang dongeng menjelang tidur. Orang tua memercayakan televisi dan smartphone untuk menemani anak-anak sebagai pengantar tidur.
Selain itu anak-anak merasa lebih asyik main game di smartphone dibanding mendengar cerita dari ayah bundanya yang tidak menarik baginya. Hal ini terjadi dimungkinkan karena ayah dan bunda kurang menghayati cerita, hanya sekadarnya. Akhirnya anak tidak memiliki ketertarikan.
Dunia yang sudah banyak bergantung dengan informasi dan teknologi menjauhkan anak dari buku. Jangankan membaca, melirik saja kadang-kadang enggan. Meskipun tak 100% anak-anak seperti itu. Masih ada sedikit anak yang mau membaca buku. Namun jumlahnya sangat sedikit. Bahkan UNESCO melansir, minat baca di Indonesia hanya 0001%. Artinya dari 1000 orang hanya satu orang yang gemar membaca. Sungguh sangat memrihatinkan.
Mendongeng Berarti Membaca
Keprihatinan minat baca terutama minat baca anak-anak harusnya menjadi perhatian khusus. Baik oleh pemerintah dalam hal ini Perpustakaan Indonesia khususnya dan masyarakat pada umumnya. Masyarakat di sini bisa diartikan perpustakaan daerah, perpustakaan sekolah, dan keluarga (ayah bunda) khususnya.