Lihat ke Halaman Asli

Persaudaraan Antar Bangsa Melalui Sastra

Diperbarui: 26 Juni 2019   03:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kiai Zawawi Imron. Foto: Adhie

Sejarah dunia membuktikan, perseteruan bisa terjadi karena sebuah tulisan. Gencatan senjata bahkan tak dimulai dari diangkat dan ditembakannya senjata perang. Tentara sebuah negara yang menyerang negara lain. Namun karena sebuah tulisan, konflik dapat dipicu karenanya. Namun dengan tulisan pula dua atau lebih negara-negara dapat disatukan. Dengan pernyataan dari sebuah tulisan negara dapat menyatakan diri menjadi sebuah negara merdeka. Tidak perlau jauh-jauh. Contohnya Indonesia. Menyatakan kemerdekaannya karena sebuah pernyataan tertulis yang sampaikan oleh proklamator waktu itu.

Banyak tulisan, buku-buku yang menyebabkan orang diadili dan dipenjara. Banyak pula yang mendunia ketenarannya karena tulisan, baik tulisan bergenere sastra maupun di luar karya sastra. Intinya sama ingin menyuarakan suara jiwa. Menyuarakan pembelaan berdasar apa yang ada dalam pola pikir penulis tersebut.

Berbicara kesusastraan dan kebudayaan artinya berbicara manusia dan kehidupannya, bicara keindahannya. Membicarakan pola dan sistem berpikir. Untuk itulah pemikiran sastra dan budaya mendapat tempat utama dalam peradaban manusia.

Bahasa, sastra, dan budaya menjadi aspek yang penting dan dianggap mampu menjembatani rasa saling mengerti dan memahami. Mempelajari sastra antar negara akan mampu meningkatkan saling memahami dan saling mengerti budaya masing-masing.

PSBNS, Perhimpunan Sastrawan dan Budayawan Negara Serumpun. Sebuah perhimpunan para sastrawan dan budayawan negeri serumpun menjadi sebuah pembuktian bahwa tulisan khususnya sastra mampu menyatukan bangsa-bangsa. Melalui tulisan negara-negara yang berkonfrontasi dalam hal politik bisa dijadikan dalam forum tersebut.

PSBNS yang telah berdiri selama 4 tahun ini diprakarsai oleh Free Hearty, Tan Sri M Jasni, Datuk Jasni Matiani, dan Handoko F Faizan. Negara-negara serumpun yang tergabung di dalamnya adalah Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand. Jika tahun-tahun sebelumnya kegiatan dilakukan di luar negeri, tahun ini ulang tahun PSBNS ke IV dilaksanakan di Indonesia, Di Yogyakarta tepatnya.

Ulang tahun PSBNS yang telah dibuka oleh Bupati Sleman Sri Purnomo, Sabtu, 19 Nopember 2016 di Pendapa rumah dinas Bupati Sleman mengambil tema Local Color and Local Wisdom. Pemerintah, dalam hal ini Kabupaten Sleman sangat senang dan menyambut baik kegiatan PSBNS ini. Seperti yang diungkapkan oleh Sri Purnomo dalam sambutannya kepada seluruh peserta dan panitia yang hadir. Pun jika tahun berikutnya konggres PSBNS akan dilaksanakan di Kabupaten Sleman, Bupati siap mendukung seratus persen. Peserta dua kali lipatpun akan diterima dan difasilitasi dengan baik. Mengingat betapa berharga dan pentingnya misi dan tujuan yang ingin dicapai oleh perhimpunan negeri serumpun ini.

Ulang tahun PSBNS yang ke IV ini tidak sekadar perayaan ulang sebuah pendirian perhimpunan, namun ada serangkaian acara yang dilaksanakan yang bisa memunculkan ide-ide baru, pemikiran segara dalam bidang sastra dan budaya. Dimulai dengan seminar Internasional l oleh para sastrawan dan budayawan. Di antara pembicaranya adalah Prof. Madya Dr. Bj Brahim Tengah, Ahmadun Yosi Herfanda, Jasni Matiani. Sedangkan pada sesi 2 oleh Iman Budi Santosa, Yvonne De Fretes, dan Handoko F. Zainsam.

Pada hari kedua, diselenggarakan Seminar Internasional bagi para mahasiswa, dan guru, serta praktisi sastra dan budaya yang diselenggarakan Minggu, 20 Nopember 2016 di gedung UC Universitas Gajah Mada.

Seminar Internasional dengan keynot speaker Kyai Zawawi Imron dan Prof. Dr. Suminto A Sayuti dihadiri oleh tidak kuran dari 175 peserta seminar. Peserta begitu antusias mengikuti dari awal hingga akhir. Apalagi ditambah materi kedua yang dipandu moderator Budhi Wiryawan. Pembicara dari negeri serumpun Dr. Malik Ghazali PK dan Dr. Datok Zurinah Hasan dari Malaysia.

Beberapa anjangsana budaya dengan pemerintah juga dilakukan. Hal ini sebagai bentuk jalinan persahabatan antara bangsa khususnya dengan Yogyakarta dan sekitarnya di wilayah Indonesia. Anjangsana ini salah satunya dilakukan di Kabupaten Magelang. Anjangsana budaya yang diterima oleh Assekwilda dan jajaran SKPD berlangsung ‘semanak’ dan penuh kekeluargaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline